Rabu, September 23, 2015

RINDU KEADILAN Oleh : uluNP

JAKARTA, KOMPAS.com - Todung Mulya Lubis sempat menjenguk Adnan Buyung Nasution saat masa kritisnya, di Rumah Sakit Pondok Indah pada 20 September 2015. Di situlah Buyung menuliskan pesan tertulis.
Saat itu, Todung datang bersama keluarganya dan beberapa rekan pengacara datang pada siangnya. Mereka bertahan di sekitar tempat tidur Buyung hingga malam hari. Buyung, sebut Todung, menangis begitu melihat Todung dan rekan-rekannya.
"Dia tidak bisa berbicara saat itu, jadi dia cuma bisa menangis. Apalagi saat kita pegang tangan dia," ujar Todung di rumah duka, bilangan Lebak Bulus, Jakarta Selatan, Rabu (23/9/2015) siang.
Tiba-tiba, Adnan Buyung memberikan isyarat dengan tangannya, meminta secarik kertas untuk menulis pesan. Dengan tertatih-tatih dan gerak patah-patah, Buyung berhasil menulis kalimat menggunakan spidol merah.

"Jagalah LBH / YLBHI, teruskan pemikiran dan perjuangan untuk masyarakat miskin dan tertindas," demikian tulis Buyung.
Tulisan itu tidak terbaca jelas.
"Dia menulis sambil menangis. Lalu saya jawab, 'iya bang, iya'," ujar Todung.
Tak disangka, pesan itu adalah pesan terakhir Buyung kepada Todung dan rekan-rekannya. Bagi Todung, senior, rekan kerja, sahabat, pergi untuk selama-lamanya, Jumat sekitar pukul 10.00 WIB.
Meski begitu, pesan Buyung itu pun memiliki makna mendalam bagi Todung, yakni bukan hanya untuk dirinya, melainkan untuk penegak hukum di Indonesia.
"Pesan bagi semuanya adalah, dia saja dalam sakitnya masih memikirkan negerinya, bangsanya. Dia seperti tidak bisa menerima sakitnya, 'kenapa saya tak bisa berbuat sesuatu lagi'. Itu pesannya. Tapi ya namanya umur ya urusan Allah, kita doakan yang terbaik," ujar Todung.
 *********
Sumber:http://nasional.kompas.com/read/2015/09/23/15443901/Adnan.Buyung.Menulis.Pesan.Terakhirnya.Sambil.Menangis. 

Pesan Terakhir Almarhum mengisyaratkan  akan kepedulian dan kekwatiran kondisi Hukum dinegara yang kita sama cintai ini.
 
             RINDU KEADILAN
             Oleh : uluNP
Peradaban manusia terus berkembang
Melaju bagai pedati
Merubah wajah sosial budaya
Sebagai bukti perkembangan zaman.
Kebenaran dan keadilan
Dua sekawan yang telah terpisahkan
Oleh perkembangan zaman modern ini.
Kebenaran telah dilumpuhkan
oleh mereka yang berkuasa
Keadilan tak sanggup lagi berlari (mendekat)
Pada kebenaran,
Karena keadilan menjadi milik semata
Mereka yang bermateri.
Saat ini, saudaraku…
Kebenaran hanyalah milik mereka
Yang berkuasa,
Keadilan hanyalah milik mereka
Yang bermateri.
Kebenaran dan keadilan
Hanyalah menjadi mimpi indah
Bagi kita rakyat jelata.
Mimpi indah yang seketika sirna
Bersama embun pagi
Oleh sentuhan hangat sang mentari.
Renungkanlah wahai insan penguasa
Demi Dzat yang menciptakan,
Rakyat jelatapun
Rindu akan keadilan.
*********