Namanya Ahmad perantau sejati yang meninggalkan kampung halaman untuk sebuah cita-cita masa depan. Masih segar dalam ingatanku malam itu jum'at 2 oktober 2015 Ia tertidur lemas menahan sakit ini sebuah konsekwensi yang harus diterima anak rantau. Tidur sendiri tanpa Orang Tua hanya sahabat Rantau tempat berbagi cerita dan saling tolong menolong atas apa yang kita alami.
Peranatau adalah kehidupan pengembaraan walaupun terkadang ditengah kehampaan yang dia tahu semua harus dikejar bisik Ahmad dalam batin. Kini dirunagan hanya berdua dengan temannya Ulun seorang yang polus dan lugu dengan kebodohannya terkadang membosankan terkadang pula memecahkan kesunyian dengan loluconnya yang bak remaja putus sekolah. Tapi apa dikata Ulun tetap berharap agar dia diterima untuk tinggal bersama Ahmad. Ulun hanya seorang yang tak berpendidikan dari Desa yang belajar dari kehidupan kota setengah mertapolitan yang belum pernah dia temui sebelumnya. Ini pertemuan remaja perantau dengan karekter yang jauh berbeda. Ahmad yang berpakaian rapi, disiplin dan propesional dalam dalam berkerja sedangkan ulun pemuda yang belum dapat dikatakan Propesional.
Saat Ahmad sakit Ulun yang menemaninya berbagi cerita, mencarikan obat. Pikiran ulun seperti cerita yang tak selesai yang terkadang membingungkan.
Itulah kehidupan anak rantau menjalani hidup dengan penuh keberanian dan siap menerima semua konsekwensi dengan berbagai karakter yang berbeda-beda.
*********
Smd.03102015
Itulah kehidupan anak rantau menjalani hidup dengan penuh keberanian dan siap menerima semua konsekwensi dengan berbagai karakter yang berbeda-beda.
*********
Smd.03102015