Selasa, Juli 26, 2016

Makna Teroris Oleh : Nahwan


REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi III DPR, Bambang Soesatyo mengatakan kematian pimpinan Mujahadin Indonesia Timur, Abu Wardah atau Santoso dalam operasi Tinombala membuktikan konsistensi Indonesia menghancurkan jaringan teroris di dalam negeri.

"Kepada komunitas internasional, kematian Santoso merupakan pesan sekaligus bukti tentang konsistensi Indonesia mengeliminasi jaringan teroris di dalam negeri," katanya di Jakarta, Selasa (19/7).

Bambang mengatakan, tewasnya Santoso dan Basri merupakan buah dari kerja keras duet Kapolri Jenderal Polisi Tito Karnavian dan Wakil Kapolri Komisaris Jenderal Budi Gunawan sebagai petinggi Polri yang baru dan kerja sama yang baik dengan TNI. Dia memberikan pujian setinggi-tingginya kepada Satgas Tinombala gabungan TNI dan Kepolisian RI karena siang-malam prajurit TNI dan Polri memburu Santoso dan anggota MIT lainnya di medan berat di Pegunungan Biru di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah.

"Keberhasilan menyergap dan menewaskan Santoso mencerminkan kerja keras Polri dan TNI, karena perburuan Santoso dan kelompoknya sudah berlangsung sejak lama. Perburuan besar-besar dimulai dengan menerjunkan pasukan dalam Operasi Camar Maleo sejak 2015," ujarnya.

Politisi Partai Golkar itu menilai, tidak hanya satu kali, Operasi Camar Maleo bahkan berlangsung sampai operasi ke IV. Menurut dia, operasi perburuan itu dilanjutkan dengan mengganti sandi operasi menjadi Operasi Tinombala yang menggabung kekuatan prajurit TNI dan Polri. "Tidak hanya mencerminkan kerja keras, semua proses dan tahapan itu menunjukkan konsistensi Indonesia dalam memerangi jarongan teroris di dalam negeri," katanya.

Bambang mengatakan, Kapolri Jenderal Tito Karnavian sudah memastikan bahwa Operasi Tinombal akan dilanjutkan untuk menghancurkan para pengikut Santoso yang masih bersembunyi hutan. Selain itu dia menilai, kematian Santoso setidaknya juga akan mengganjal rencana ISIS membangun basisnya di Asia Tenggara.

"Setelah menyatakan bergabung dengan ISIS, Santoso ingin menjadi kawasan hutan di Poso sebagai pusat latihan milisi bagi simpatisan ISIS," katanya.
Sumber : Antara

@@@

REPUBLIKA.CO.ID, JAKARTA -- Ketua Komisi III DPR Bambang Soesatyo mengatakan, tewasnya Santoso alias Abu Wardah dan Basri, bisa mengganjal rencana ISIS dalam membangun jaringan hingga ke Asia Tenggara.
'Kematian Santoso setidaknya juga akan mengganjal rencana ISIS membangun basisnya di Asia Tenggara,'' ujarnya kata Bambang, kepada wartawan, Selasa (19/7).
Seperti diketahui, setelah menyatakan bergabung dengan ISIS, Santoso ingin menjadikan kawasan hutan di Poso sebagai pusat latihan milisi bagi simpatisan ISIS. Menurut Bambang, kematian Santosovmerupakan buah dari kerja keras duet Tito-BG sebagai petinggi Polri yang baru dan kerja sama yang baik dengan TNI. Kepada komunitas internasional, kematian Santoso merupakan pesan sekaligus bukti tentang konsistensi Indonesia mengeliminasi jaringan teroris di dalam negeri. 
  
Karena itu, Bambang memberikan apresiasi kepada Satgas Tinombala, yang merupakan gabungan Tentara Nasional Indonesia - Kepolisian RI. Siang-malam prajurit TNI dan Polri memburu Santoso dan anggota MIT (Mujahidin Indonesia Timur) lainnya di medan berat di Pegunungan Biru di Tambarana, Poso Pesisir Utara, Poso, Sulawesi Tengah 
  
''Keberhasilan menyergap dan menewaskan Santoso mencerminkan kerja keras Polri dan TNI, karena perburuan Santoso dan kelompoknya sudah berlangsung sejak lama,'' 

Perburuan besar-besaran dimulai dengan menerjunkan pasukan dalam Operasi Camar Maleo sejak 2015. Tidak hanya satu kali, Operasi Camar Maleo bahkan berlangsung sampai operasi ke IV. Operasi  perburuan itu dilanjutkan dengan mengganti sandi operasi menjadi Operasi Tinombala yang menggabung kekuatan prajurit TNI dan Polri. Tidak hanya mencerminkan kerja keras, semua proses dan tahapan itu menunjukan konsistensi Indonesia dalam memerangi jarongan teroris di dalam negeri.   Bahkan, Kapolri Jenderal Tito Karnavian sudah memastikan bahwa Operasi Tinombala akan dilanjutkan untuk mengeliminasi para pengikut Santoso yang masih bersembunyi hutan.

@@@
Masalah di Poso saat ini adalah masih adanya pelaku teror, yang bersembunyi di pegunungan. Mereka menyasar anggota Polri dalam aksinya.
Selain itu, tempat tersebut juga dijadikan ajang latihan, oleh kelompok teror dari berbagai tempat.
Kemunculan kelompok tersebut, adalah buntut dari konflik agama yang menghancurkan Poso, pada sekitar tahun 1998-2000 lalu. Jusuf Kalla sendiri, sebelum menjabat Wakil Presiden, sempat ikut mendamaikan konflik di Poso.
Menurut media Singapura Straits Times, ini merupakan kedua kalinya Indonesia nyaris berhasil mengalahkan pemimpin teroris tersebut. Kelompok teroris Santoso terlibat baku tembak, Senin (18/7), dua hari lalu.
Baku tembak terjadi di Tambarana, Poso, melibatkan tim gabungan prajurit TNI dan polisi, mengakibatkan dua orang meninggal dunia.
Satu diantara yang tewas diduga adalah pemimpin kelompok MIT, Santoso.
Hal tersebut berdasarkan ciri fisik memiliki tahi lalat di dahi, berwajah tirus, dan kurus.
@@@
ALMARHUM SANTOSO
Oleh : Nahwan P

Berita Ketiadaanmu 
menghiasi lembar media Massa
Kau yang tertembak  
bersama asbab mautmu.

Ada yang berkata selamat jalan Mujahid
tentara Allah SWT 
ada yang berkata selamat tinggal Teroris
aku sendiri masih pada proses tabayun.

Jika Engkau adalah Mujahid
Surga dan bidadari Surga  Menantimu,
jika Engkau benar teroris 
maka benarlah peluru 
operasi tinombala,
jika engkau bukan teroris 
maka salahlah mereka yang merasa benar.

Tindakan yang mengancam keamanan 
disebut  teror,
orangnya berlabel teroris,
koropsi yang mengancam  keuangan Negara
disebut koroptor,
beruntunglah tidak ada operasi tikus
sehingga mereka tidak ditembak mati,
yang ada hanya operasi tinombala,
operasi ketupat,
operasi lilin.

YAA RABB...
Bimbinglah kebijakan negeri ini 
pada jalan kebenaran dan keadilan yang benar 
AAMIIN YAA RABBAL 'ALAMIN.
@@@
Samarinda, 26 Juni 2016

0 Comments: