Oke///cam
FOTO 1////
EVAKUASI: Proses evakuasi dilakukan sore kemarin (8/7). Dibantu warga
setempat, Pemkab Bangkep menurunkan beberapa unit alat berat ke lokasi
kejadian.
BARNABAS LOINANG
BANGKEP - Bencana tanah longsor melanda Kota Salakan, Kabupaten
Banggai Kepulauan (Bangkep) Minggu kemarin (8/7) sekitar pukul 10.00
wita. Musibah ini dipicu hujan deras yang mengguyur Kota Salakan kurun
tiga pekan terakhir.
Akibatnya, jalan menuju kompleks perkantoran di Bukit Trikora
mengalami longsor pagi kemarin. Jalan ini diketahui setiap harinya
selalu padat dilalui oleh pengendara maupun masyarakat pejalan kaki.
Musibah ini membuat belasan rumah tertimbun material. Rumah yang
tertimbun material posisinya tepat berada di bawah badan jalan. Longsor
menyebabkan tiga orang tewas dan belasan lainnya luka berat dan luka
ringan. Tiga korban yang tewas ditemukan di balik reruntuhan tanah yang
longsor saat evakuasi dilakukan. Pemkab Bangkep menurunkan beberapa unit
alat berat, yang dibantu oleh warga bersama aparat saat evakuasi
dilakukan.
Informasi yang dihimpun Radar Sulteng dari lokasi kejadian
menyebutkan, tiga warga dilaporkan tewas termasuk anak-anak yang baru
berusia 2,5 tahun yang tewas bersama ibunya. Tiga yang tewas ialah
mereka yang tidak bisa meloloskan diri dari timbunan material longsor.
Salah satu saksi mata menyebutkan, longsor datang begitu tiba-tiba dan
langsung menimbun rumah. Hujan yang mengguyur selama tiga pekan,
membuat struktur dan daya ikat tanah melemah.
Mereka yang selamat ialah yang rumahnya tidak terlalu parah terkena
material longsor. Sedangkan mereka yang luka berat dan ringan langsung
dirujuk ke Puskesmas Rawat Inap di Salakan guna mendapatkan tindakan
darurat.
Bupati Banggai Kepulauan, Drs Lania Laosa MSc, langsung bergerak cepat
menjalankan proses evakuasi bencana. Saat tiba di Puskesmas Salakan,
Lania tak kuasa menahan tangis ketika melihat salah seorang anak berusia
4 tahun, yang telapak kakinya hancur tertimpa material longsor.
Data dari Puskesmas Salakan menyebutkan, sekitar 17 warga luka-luka
termasuk anak-anak. Usai melihat langsung kondisi warganya, bupati
langsung memerintahkan SKPD terkait agar memberikan tindakan tanggap
darurat kepada korban bencana.
Salah satu yang ditekankan bupati kepada SKPD dan pihak terkait ialah
proses evakuasi korban yang selamat dari Puskesmas menuju Rumah Sakit
Umum Daerah Luwuk. Terdapat lima orang warga yang harus segera dilarikan
ke RSUD Luwuk, karena perlu mendapat perawatan medis lebih lanjut.
Karena, Puskesmas di Salakan belum tersedia fasilitas yang lengkap.
Sedangkan korban yang dilarikan ke Luwuk, menggunakan kapal motor speed
milik Pemkab Bangkep.
Selain itu, bupati juga mengisntruksikan kepada warga yang masih
berdiam di lokasi longsor, agar segera diungsikan ke rumah jabatan
bupati. Karena di daearah longsor tersebut, masih terdapat potensi
longsor susulan lantaran hujan masih terus mengguyur hingga tadi malam.
Debit air hujan yang semakin bertambah terus mengundang kekhwatiran,
dimana badan jalan tidak mampu menahan beban air, hingga bisa
menyebabkan longsor. Drainase di jalan Trikora pun ada yang hancur
karena longsor. Bahkan di beberapa titik jalan permukaannya terdapat
retak-retak.
Bupati mengakui, longsor yang terjadi di ibukota Kabupaten Bangkep itu
tidak pernah terjadi selama 50 tahun terakhir. “Baru kali ini
terjadi,”singkat Lania. Orang pertama di Bangkep ini juga meminta
instansi teknis mengkaji ulang IMB termasuk juga kajian lingkungan
pembangunan jalan.
Bupati bahkan menduga, penyebabnya akibat pembangunan jalan Trikora
yang tidak memperhitungkan aspek kajian lingkungan, baik itu melalui
Amdal maupun UKL-UPL sebagaimana yang diwajibkan UU Lingkungan Hidup.
“Inilah akibatnya kalau membangun seenaknya saja tanpa memperhitungkan
akibat yang bakal ditimbulkan,” ujar Lania.
Untuk sementara, jalan Trikora ditutup sehingga tidak bisa dilewati
oleh kendaraan umum dan pribadi maupun pejalan kaki. Ini untuk
menghindari korban jiwa berikutnya, terlebih lagi bagi para pengendara.
Arus jalan menuju kompleks perkantoran dialihkan dari arah Bongganan.
Warga di ibukota Salakan mengakui, kasus tanah longsor di pusat
ibukota Salakan itu, merupakan kali pertama terjadi selama setengah abad
lebih. Kasus ini merupakan ancaman sekaligus teguran bagi warga yang
mendiami pemukiman di sekitar lereng atau bukit curam.
Aliya, warga Bongganan yang berusia 60 tahun lebih itu mengatakan, dia
mengakui tanah longsor itu baru dilihatnya selama dia hidup. “Sampai
sudah ada cucu, saya baru pertama ini terjadi tanah longsor, apalagi
sampai ada korban jiwa,” ujarnya.
Hingga tadi malam dilaporkan dari Salakan, hujan deras terus mengguyur
wilayah Salakan dan sekitarnya. Langit hitam dan mendung terus terlihat
di atas Kota Salakan. Warga yang berada di sekitar lokasi longsor tetap
menaruh khawatir. Bahkan, sarana komunikasi sulit tersambung akibat
cuaca buruk.
Wartawan koran ini yang hendak menghubungi pihak-pihak terkait, sulit
tersambung. Beberapa orang yang hendak ditelepon berkali-kali tetap
tidak mau tersambungkan. “Pengaruh cuaca buruk, makanya signal HP juga
tidak bagus,”kata warga setempat. (bar)
0 Comments:
Posting Komentar