Selasa, April 28, 2015

Korban Longsor Diungsikan di Rujab

Selasa, 10 Juli 2012

Korban Longsor Diungsikan di Rujab

**Tanggap Darurat Ditetapkan Sebulan

SELAMATKAN BARANG: Korban longsor tanpak menyelamatkan barang-barang di rumah mereka yang tertimpa material tanah.BARNABAS
BANGKEP – Pemkab Banggai Kepulauan (Bangkep) bergerak cepat mengoordinasikan ke seluruh SKPD terkait peristiwa bencana longsor di Salakan. Sehari pasca bencana longsor, Bupati Bangkep Drs Lania Laosa MSc langsung memerintahkan rapat teknis bertempat di kantor bupati di Salakan, kemarin (9/7). Rapat dipimpin Wakil Bupati Bangkep, Drs Zakaria Kamindang. Rapat menghasilkan beberapa keputusan strategis yang akan diambil.
Prihal rapat tersebut, Bupati Lania Laosa mengatakan, sehari pasca bencana, pemkab telah melakukan evaluasi di antaranya soal keperluan logistik kepada korban bencana, dengan membentuk Satkorlak yang diketuai Sekkab Bangkep Sudirman Salotan SE. Kemudian juga segera dievaluasi perencanaan tata ruang wilayah terutama drainase dari kompleks perbukitan Trikora hingga ke hilir, termasuk kompleks perumahan yang rawan bencana. Kemudian, mendata kerusakan rumah pemukiman yang nantinya akan diberikan bantuan.
Bupati Lania mengatakan, saat ini korban bencana baik yang luka parah dan membutuhkan tindakan medis lanjutan, telah dirujuk di RSUD Luwuk. Di Luwuk, ketua PKK dan Dinas Kesehatan memfasilitasi keperluan korban, termasuk makanan, pakaian dan rumah tinggal.
Bupati bahkan memberikan dana cash puluhan juta kepada staf Dinas Kesehatan agar jangan sampai para korban terkatung-katung karena terbentur persoalan dana yang tidak ada.
Pantauan di lokasi bencana, alat berat berupa eskavator dan buldozer milik salah seorang pengusaha di Bangkep, dikerahkan membersihkan sisa-sisa material yang menimbun rumah warga dan badan jalan.
Bupati menetapkan tanggap darurat selama sebulan, dari Juli hingga Agustus. Bupati beralasan waktu tanggap darurat sebulan merupakan waktu kritis mengingat curah hujan di Bangkep masih cukup tinggi. Dengan waktu sebulan atau bahkan lebih dari itu, bupati bisa memastikan para pengungsi tidak kelaparan dan tidak kedinginan, sampai ada solusi jelas kepada pengungsi soal tempat tinggalnya. “Sampai saya menemukan solusi yang tepat, barulah status tanggap darurat benar-benar dicabut,”kata orang nomor satu di Bangkep ini.
Sementara dari hasil rapat terbatas kemarin, juga diputuskan bahwa pemkab akan mendirikan posko sentral untuk menampung yang datang dari sukarelawan maupun pegawai yang peduli dengan bencana longsor. Secara teknis, setiap SKPD akan mengoordinasikan bantuan yang diberikan, baik itu sembako dan kebutuhan lain termasuk pakaian layak dan juga obat-obatan.
 
Diungsikan Di Rujab
Para korban bencana yang kehilangan rumah diungsikan ke rumah jabatan bupati yang baru selesai dibangun. Di rujab tersebut, para korban membawa  peralatan yang bisa diselamatkan.
Kondisi para korban tanah longsor di Bukit Trikora masih memprihatinkan.  Seuai data yang dihimpun Radar Sulteng Senin kemarin (9/7), jumlah pengungsi mencapai 27 orang. Mereka yang mengungsi ialah korban yang selamat dari terjangan longsor, tetapi kehilangan tempat tinggal.
Camat Tinangkung, Steven Moidady, mengatakan, data jumlah pengungsi sementara yang ditempatkan di rumah jabatan sekitar 15 orang. “Jumlah pengungi dipastikan akan terus bertambah, karena ada sebagian pengungsi masih di rumah keluarganya,” ujar Steven di lokasi bencana kemarin.
Sementara data rumah-rumah yang rusak berat atau rata dengan tanah mencapai 4 unit rumah, dan belasan rumah lainnya rusak ringan. Kawasan pemukiman yang berada di tebing jalan bukit Trikora tersebut, saat ini ditinggal oleh pemilik rumah yang mendiami lokasi itu.
Sementara jumlah korban musibah longsor mencapai 18 orang, tiga di antaranya meninggal dunia. Mereka yang meninggal yaitu Yani (28) beserta anak balitanya Reno. Korban tewas lainnya Risal, balita berusia 4 tahun. Sedangkan 11 korban dirujuk ke RSUD Luwuk dan sisanya hanya mendapat perawatan di Puskesmas Salakan.
Yang dirujuk ke RSUD Luwuk yaitu satu keluarga yaitu Iwan Umar (33), Sumiarti (33), Dian (4), Fadli (4), dan Risal anak bungsunya yang meninggal tertimbun material longsor.
Informasi yang dihimpun dari warga sekitar, keluarga Iwan Umar yang paling tragis terkena terjangan longsor. Rumahnya porak poranda hampir rata tanah. Fadli, korban yang selamat namun mengalami luka kritis, telapak kakinya hancur dan diamputasi. Sementara korban Dian dan Sumiarti, mengalami luka robek dan luka di bagian perut.
Selain itu, korban lainnya yang dirujuk ke RSUD Luwuk ialah Putri Adiatanma (9), Yuli Sari Makarawo (32), M Ardiansyah (34), Suci Ramadani (4), Tindo (24), Hastin (23), dan Bahar (46).
Pantauan Radar Sulteng sehari pasca bencana, beberapa korban bencana terlihat mengumpulkan barang-barang yang bisa diselamatkan. Saena, korban longsor yang rumahnya hancur hanya bisa merenung meratapi nasib.
Mereka  yang diungsikan merasa nyaman tinggal di rujab bupati. Rujab saat ini kebetulan masih kosong karena belum ditempati bupati. Belum lagi tenda-tenda pengungsian lambat didirikan oleh Badan Penanggulangan Bencana Daerah Bangkep. Bupati berlasan pengungsi sengaja ditempatkan di rujab dengan alasan kenyamanan serta memudahkan pengawasan dan koordinasi. 
 
Sebelum Longsor Banjir Dulu
Salah seorang saksi mata, Asrianto, menyebutkan, sebelum longsor terjadi pada Minggu lalu (8/7) dia mendapati tanda-tanda bakalan longsor, yaitu rumahnya banjir setinggi lutut yang disertai lumpur yang berasal dari bukit. Dia pun memerintahkan anggota keluarganya segera keluar dari rumah.
Menurut Asri-sapaan akrabnya, warga sekitar pun sempat panik dan keluar. Asri mengaku, melihat aliran air yang cukup deras dari arah lapangan bukit Trikora yang baru menuju TK Pembina. Aliran  air yang cukup deras menuju TK Pembina itu membuat panik warga, karena dikhawatirkan tanggul bangunan sekolah bakal jebol, dan bisa menimbulkan longsor ke arah pemukiman.
Sebelum longsor kata Asri, dia dan beberapa warga mencari beberapa kepala dinas teknis, di perkantoran dan perumahan jabatan, namun rata-rata para pejabat sedang di luar kota. Karena tradisi kepala dinas di Salakan, selalu pulang ke Luwuk atau Banggai dari hari Jumat hingga Minggu. Karena tidak mendapati seorang pejabat pun, beberapa warga mengambil inisiatif keluar dan menunggu hujan reda.
Namun, belum sempat longsor terjadi, korban tewas Yani memilih masuk ke rumah untuk mencuci dengan alasan rumahnya aman karena tidak terkena aliran lumpur. Begitu Yani masuk ke rumah sambil menggendong anaknya Reno yang masih balita, longsor terjadi dan menimbun rumahnya. Mayat Yani akhirnya ditemukan paling lama pada Senin sore sekitar pukul 17.00 wita, setelah terlebih dahulu mayat anaknya Reno ditemukan.
Longsornya tebing itu lantaran tanggul TK yang berada di bukit jebol, karena tidak mampu menahan derasnya aliran air hujan dari arah bukit perkantoran. Air yang semakin banyak meluap, menjebolkan tanggul TK Pembina dan materialnya menutup drainase jalan. (bar)
Edisi Radar Sulteng
  • Selasa, 28 April 2015
Search
Latest Guestbook
Kaltim Post Group

0 Comments: