Senin, Agustus 15, 2016

Buletin Al-Iqro / Edisi: 7 / 14 Januari 2016

Cerita Taman Cerdas Samarinda     

Ceritaku  masih tentang persahabatan.
Taman cerdas samarinda adalah taman yang hampir setiap hari kita kunjungi bertiga setahun lalu. Kini semua seakan hilang dan berubah bersama kepergianmu melanjutkan perjalanan rantaumu.


Pagi ini langit Bornea begitu cerah, secerah semangat MABA dan Siswa Baru dalam melangkah menjemput Impian dan cita-citanya. Aku sendiri disini di Ruang IT ini mencoba berimaninasi menyelesaikan sebait cerita ini untuk mengenang persahabatan. Semua tak seperti dulu, saat bersama menuju satu tempat yang dapat menghilangkan rasa lapar yang mungkin sejak malam mengetuk dinding lambung ini.


Warung taman cerdas adalah warung yang sering kita kunjungi sekedar ngopi dan  sejenak berdiskusi tentang masa depan. Kini tradisi itu seakan hilang bersama perpisahan kita semua. Setiap kita mulai melangkah mewujudkan apa yang pernah menjadi bahan perbincangan. Aku disini sendiri bersama tulisan -tulisan yang ingin aku rampungkan agar sertiap langkah perjalanan ini abadi dalam goresan pena. 


Perbincangan di Taman cerdas yang mengajarkan kita untuk menghargai dan komitmen atas apa yang telah kita pilih. Kau telah membuktikan atas sebuah pilhan yang kau bahasakan keluar pada Zona nyaman, Aku paham kita bukanlah pecundang atas pilihan dan kita juga bukan pengkhianat atas pilihan, biarkan waktu yang membuktikan atas apa yang telah kita tentukan. Kita bukan pengjilat untuk mendapatkan sesuatu kita adalah pejuang tanggu dalam pengembaraan ini, bukanlah seorang perantau sejati jika kita bersekutu dengan kebohongan. 

Taman Cerdas dan Kemerdekaan
By: NP

Apa arti pilihan ?
Apa arti Idealisme?
tapi Semua Hilang
saat jabatan itu Diberikan
Saat zona Nyaman dijanjikan.


Biarkan Asio tergilas, tertinggal dan terasing
pada mayoritas persekutuan dalam kebohongan,
pengembara adalah mereka yang berjalan pada Negeri Rantau
bukan mereka tak punya Rumah 
mereka punya keinginan untuk bertahan pada kebenaran
Saat banyak orang sudah memandang kebohongan adalah kebenaran.


Ini sekedar tulisan pemborantakan pada Fakta
saat yang  benar berdiam diri
mempersilahkan kebohongan untuk berkuasa
sedangkan kebenaran menjadi pecundang 
dan penonton semata.

Apa arti darah pejuang Kusuma  Bangsa???
sedangkan Pengkhianat kebenaran 
masih merdeka pada Negeri yang telah Merdeka 
sejak 71 Tahun Silam.

Air mata mereka yang tertindas,
Air mata anak jalanan yang kelaparan,
Air mata pekerja anak yang tak mendapat Hak pendidikan
adalah lukisan indah yang menghiasi dinding Istana Merdeka 
saat Upacara Kemerdekaan RI Indonesia Ke 71.
*********
Samarinda,1582016

0 Comments: