Senin, Mei 29, 2017

Pengelolaan Bank Sampah dengan Model “Mobile Bank”

Sumber : http://www.kompasiana.com/ekoregion/menginisiasi-pengelolaan-bank-sampah-dengan-model-mobile-bank_57d0b8d340afbd4d01f87b34

Menginisiasi Pengelolaan Bank Sampah dengan Model “Mobile Bank” 08 September 2016 08:03:15 Diperbarui: 08 September 2016 08:23:46 Dibaca : 74 Komentar : 0 Nilai : 0 Durasi Baca : 3 menit Dokumen Pribadi Saya selalu cerita ke masyarakat, betapa pentingnya mengelola sampah. Sebab, bila tidak, daerah akan terus membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah baru. Lalu, apakah anda mau bertetangga dengan TPA? -Ratna Sakay P3E Suma, Kendari-Bila sudah bicara begitu, semua orang baru sadar betapa pentingnya bank sampah, kata Ratna. Di mata Ratna, membangun kesadaran masyarakat itu bukan perkara mudah. Menurutnya, setiap daerah memiliki culture yang berbeda-beda dalam memandang masalah sampah. Di Kota Kendari, kata Ratna, masyarakat belum melihat masalah persampahan sebagai tanggungjawab kolektif. Kebanyakan orang masih percaya bahwa urusan sampah adalah tugas pemerintah. Bahkan, dengan lahan yang masih terbuka lebar, budaya membuang sampah sembarang tempat masih juga terjadi di mana-mana. “Jadi, kami tidak ingin terburu-buru “memaksa” orang-orang untuk berpikir bahwa sampah itu bernilai ekonomis,” ucapnya. Walau begitu, Ratna optimis, melalui program Bank Sampah yang diinisiasi organisasi yang dipimpinnya di Nasyiatul Aisyiyah (NA), kesadaran masyarakat terhadap pemanfaatan sampah bisa ditumbuhkan. Sebagai Ketua Umum NA Kota Kendari, Ratna tentu memiliki otoritas yang kuat untuk menghimpun kekuatan ibu-ibu muda dan remaja putri Muhammadiyah menggerakkan Bank Sampah berbasis komunitas. Ratna Sakay adalah inisiator utama dibentuknya Bank Sampah “Teratai Indah” di bawah payung NA. Gagasan Ratna direspon positif oleh Walikota Kendari, Dr.Ir. Asrun yang meresmikan langsung pembentukan Bank Sampah “Teratai Indah” pada tanggal 16 Januari 2015 ini. Meski ada dukungan moral dari pemerintah, namun, gerakan Bank Sampah yang sekarang sudah berjalan beberapa bulan, masih digerakkan secara swadaya. Modalnya dari para anggota sendiri. Tidak ada sistem penggajian bagi pengelolanya. “Terus terang saya tidak menggunakan pendekatan ekonomi. Sekali lagi, masih sulit memengaruhi warga bahwa sampah itu bernilai uang. Berbeda dengan masyarakat di Jawa atau di Makassar, di sini masyarakat belum seluruhnya mengerti. Jadi, pendekatannya adalah lingkungan hidup,” tegas perempuan kelahiran Kendari ini. Setiap kali mendapat kesempatan berdiskusi dan bertemu dengan masyarakat, Ratna selalu menyampaikan bagaimana memilah sampah yang benar lalu menyampaikannya pada Bank Sampah terdekat agar bisa dijemput. “Kami memperkenalkan suatu model bank sampah alternatif yaitu“Mobile Bank”.Saya terinspirasi olehperpustakaan keliling atau internet keliling. Jadi, kami hanya menunggu informasi dari masyarakat lalu menghubungi pelapak. Sementara sampah dari rumah tangga yang lokasinya tak jauh dari sekretariat, sebagian besar dijemput langsung oleh pengurus Bank Sampah Teratai Indah,” jelasnya. Model ini dinilai Ratna cukup praktis, karena tidak memerlukan infrastruktur pendukung semisal gudang sampah. Menurut Ratna, konsep Bank Sampah sesungguhnya adalah bagaimana mengedukasi masyarakat untuk memiliki skill memilah sampah. “Kalau masyarakat sudah paham memilah sampahnya sendiri, maka Bank Sampah dengan sendirinya tidak dibutuhkan lagi. Apalagi, kalau masyarakat juga semakin sadar bahwa sampah itu bisa ditukar dengan uang. Jadi, tugas kita semua adalah mensosialisasikan proses pemilahan sampah yang benar,” ungkap Ratna optimis. Termotivasi oleh Pentingnya Lingkungan Sehat Lalu, apa yang membuat Ratna terpanggil untuk terlibat dalam urusan pengelolaan sampah? Secara tegas, Ratna mengatakan, dirinya prihatin dengan kondisi masyarakat urban yang dari waktu ke waktu akan menghadapi beban berat akibat sampah yang menumpuk. Utamanya sampah plastik dan kertas yang volumenya sulit dibendung setiap harinya. Sementara, kita semua tahu, kata Ratna, beban lingkungan yang dapat ditimbulkan dari sampah-sampah seperti itu tidaklah kecil. “Saya berpikir bahwa harus ada kesadaran bersama demi lingkungan hidup kita. Sejauh ini bila masyarakat terpanggil untuk membuat Bank Sampah, kendalanya macam-macam karena terlalu terjebak pada regulasi yang ada. Melalui model “Mobile Bank”kita hanya mengorganisir saja masyarakat tanpa harus punya penam-pungan sampah misalnya,”katanya. Berkat ide brilian Ratna, semakin banyak warga dan kelompok masyarakat di Kota Kendari yang mulai memilah sampahnya untuk dijual. Banyak pula komunitas termasuk Organisasi Masyarakat yang mulai menghubunginya agar diberikan penyuluhan terkait bank sampah dan pemilahan sampah. Ratna yang kini menjabat sebagai Kepala Sub Bidang Pengolahan Limbah Domestik dan Limbah B3 di Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Sulawesi tenggara, harus membagi waktunya antara tugas kantor dan aktivistas sosialnya. Ratna harus menerima undangan ke daerah justru dalam kapasitasnya sebagai inisiator Bank Sampah. Di berbagai forum-forum pertemuan seperti itulah, ia mensosialisasikan masalah penanganan sampah yang benar. “Semua kami lakukan, karena kami tertarik dan kami peduli lingkungan,” inilah kata kuncinya. Prinsip inilah yang memberinya kekuatan untuk tidak bosan-bosan bersosialisasi ke masyarakat. Ratna menyadari betapa perjuangannya bersama perempuan di NA tidaklah ringan, karena berkaitan dengan pola pikir danculture. Mengapa tidak mencoba mendorong ke Pemerintah Kota agar ada policyyang memungkinkan ada bantuan penganggaran bagi pengembangan Bank Sampah? Bagi Ratna, kesadaran masyarakat harus digerakkan dari bawah ke atas, bukan sebaliknya. Ratna tidak ingin gerakan sosial yang sudah ada ini justru di ninabobokkan oleh adanya bantuan dana. “Dulu juga begitu, ada anggaran untuk membuat bank sampah yang digerakkan di setiap Kelurahan, faktanya tidak efektif dan tidak jalan lagi. Biarlah ide ini berkembang secara alami, dan bila sudah mapan barulah disentuh dari sisi kebijakan anggaran,” ungkap Ratna. Melalui Bank Sampah Teratai yang sudah berjalan di beberapa cabang, pihaknya juga mendapat apresiasi dari kalangan swasta. Sebuah even kerjasama dengan Bank Negara Indonesia (BNI) sudah dibuat. “Kami telah menyelenggarakan even perlombaan kerjasama BNI. Ada lomba adu ketangkasan pemilahan sampah antar siswa SD, lomba stand up comedy tentang isu sampah antar SMP, serta lomba daur ulang sampah antar siswa SMA,” ucapnya haru. Selamat berjuang ibu Ratna Sakay!

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ekoregion/menginisiasi-pengelolaan-bank-sampah-dengan-model-mobile-bank_57d0b8d340afbd4d01f87b34

0 Comments: