Sumber : http://www.kompasiana.com/ekoregion/menginisiasi-pengelolaan-bank-sampah-dengan-model-mobile-bank_57d0b8d340afbd4d01f87b34
Menginisiasi Pengelolaan Bank Sampah dengan Model “Mobile
Bank” 08 September 2016 08:03:15 Diperbarui: 08 September 2016 08:23:46 Dibaca
: 74 Komentar : 0 Nilai : 0 Durasi Baca : 3 menit Dokumen Pribadi Saya selalu
cerita ke masyarakat, betapa pentingnya mengelola sampah. Sebab, bila tidak,
daerah akan terus membangun Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah baru. Lalu,
apakah anda mau bertetangga dengan TPA? -Ratna Sakay P3E Suma, Kendari-Bila
sudah bicara begitu, semua orang baru sadar betapa pentingnya bank sampah, kata
Ratna. Di mata Ratna, membangun kesadaran masyarakat itu bukan perkara mudah.
Menurutnya, setiap daerah memiliki culture yang berbeda-beda dalam memandang
masalah sampah. Di Kota Kendari, kata Ratna, masyarakat belum melihat masalah
persampahan sebagai tanggungjawab kolektif. Kebanyakan orang masih percaya bahwa
urusan sampah adalah tugas pemerintah. Bahkan, dengan lahan yang masih terbuka
lebar, budaya membuang sampah sembarang tempat masih juga terjadi di mana-mana.
“Jadi, kami tidak ingin terburu-buru “memaksa” orang-orang untuk berpikir bahwa
sampah itu bernilai ekonomis,” ucapnya. Walau begitu, Ratna optimis, melalui
program Bank Sampah yang diinisiasi organisasi yang dipimpinnya di Nasyiatul
Aisyiyah (NA), kesadaran masyarakat terhadap pemanfaatan sampah bisa
ditumbuhkan. Sebagai Ketua Umum NA Kota Kendari, Ratna tentu memiliki otoritas
yang kuat untuk menghimpun kekuatan ibu-ibu muda dan remaja putri Muhammadiyah
menggerakkan Bank Sampah berbasis komunitas. Ratna Sakay adalah inisiator utama
dibentuknya Bank Sampah “Teratai Indah” di bawah payung NA. Gagasan Ratna
direspon positif oleh Walikota Kendari, Dr.Ir. Asrun yang meresmikan langsung
pembentukan Bank Sampah “Teratai Indah” pada tanggal 16 Januari 2015 ini. Meski
ada dukungan moral dari pemerintah, namun, gerakan Bank Sampah yang sekarang
sudah berjalan beberapa bulan, masih digerakkan secara swadaya. Modalnya dari
para anggota sendiri. Tidak ada sistem penggajian bagi pengelolanya. “Terus
terang saya tidak menggunakan pendekatan ekonomi. Sekali lagi, masih sulit
memengaruhi warga bahwa sampah itu bernilai uang. Berbeda dengan masyarakat di
Jawa atau di Makassar, di sini masyarakat belum seluruhnya mengerti. Jadi,
pendekatannya adalah lingkungan hidup,” tegas perempuan kelahiran Kendari ini.
Setiap kali mendapat kesempatan berdiskusi dan bertemu dengan masyarakat, Ratna
selalu menyampaikan bagaimana memilah sampah yang benar lalu menyampaikannya
pada Bank Sampah terdekat agar bisa dijemput. “Kami memperkenalkan suatu model
bank sampah alternatif yaitu“Mobile Bank”.Saya terinspirasi olehperpustakaan keliling
atau internet keliling. Jadi, kami hanya menunggu informasi dari masyarakat
lalu menghubungi pelapak. Sementara sampah dari rumah tangga yang lokasinya tak
jauh dari sekretariat, sebagian besar dijemput langsung oleh pengurus Bank
Sampah Teratai Indah,” jelasnya. Model ini dinilai Ratna cukup praktis, karena
tidak memerlukan infrastruktur pendukung semisal gudang sampah. Menurut Ratna,
konsep Bank Sampah sesungguhnya adalah bagaimana mengedukasi masyarakat untuk
memiliki skill memilah sampah. “Kalau masyarakat sudah paham memilah sampahnya
sendiri, maka Bank Sampah dengan sendirinya tidak dibutuhkan lagi. Apalagi,
kalau masyarakat juga semakin sadar bahwa sampah itu bisa ditukar dengan uang.
Jadi, tugas kita semua adalah mensosialisasikan proses pemilahan sampah yang
benar,” ungkap Ratna optimis. Termotivasi oleh Pentingnya Lingkungan Sehat
Lalu, apa yang membuat Ratna terpanggil untuk terlibat dalam urusan pengelolaan
sampah? Secara tegas, Ratna mengatakan, dirinya prihatin dengan kondisi
masyarakat urban yang dari waktu ke waktu akan menghadapi beban berat akibat
sampah yang menumpuk. Utamanya sampah plastik dan kertas yang volumenya sulit
dibendung setiap harinya. Sementara, kita semua tahu, kata Ratna, beban
lingkungan yang dapat ditimbulkan dari sampah-sampah seperti itu tidaklah
kecil. “Saya berpikir bahwa harus ada kesadaran bersama demi lingkungan hidup
kita. Sejauh ini bila masyarakat terpanggil untuk membuat Bank Sampah,
kendalanya macam-macam karena terlalu terjebak pada regulasi yang ada. Melalui
model “Mobile Bank”kita hanya mengorganisir saja masyarakat tanpa harus punya
penam-pungan sampah misalnya,”katanya. Berkat ide brilian Ratna, semakin banyak
warga dan kelompok masyarakat di Kota Kendari yang mulai memilah sampahnya
untuk dijual. Banyak pula komunitas termasuk Organisasi Masyarakat yang mulai
menghubunginya agar diberikan penyuluhan terkait bank sampah dan pemilahan
sampah. Ratna yang kini menjabat sebagai Kepala Sub Bidang Pengolahan Limbah
Domestik dan Limbah B3 di Badan Lingkungan Hidup Daerah (BLHD) Sulawesi
tenggara, harus membagi waktunya antara tugas kantor dan aktivistas sosialnya.
Ratna harus menerima undangan ke daerah justru dalam kapasitasnya sebagai
inisiator Bank Sampah. Di berbagai forum-forum pertemuan seperti itulah, ia
mensosialisasikan masalah penanganan sampah yang benar. “Semua kami lakukan,
karena kami tertarik dan kami peduli lingkungan,” inilah kata kuncinya. Prinsip
inilah yang memberinya kekuatan untuk tidak bosan-bosan bersosialisasi ke
masyarakat. Ratna menyadari betapa perjuangannya bersama perempuan di NA
tidaklah ringan, karena berkaitan dengan pola pikir danculture. Mengapa tidak
mencoba mendorong ke Pemerintah Kota agar ada policyyang memungkinkan ada
bantuan penganggaran bagi pengembangan Bank Sampah? Bagi Ratna, kesadaran
masyarakat harus digerakkan dari bawah ke atas, bukan sebaliknya. Ratna tidak
ingin gerakan sosial yang sudah ada ini justru di ninabobokkan oleh adanya
bantuan dana. “Dulu juga begitu, ada anggaran untuk membuat bank sampah yang
digerakkan di setiap Kelurahan, faktanya tidak efektif dan tidak jalan lagi.
Biarlah ide ini berkembang secara alami, dan bila sudah mapan barulah disentuh
dari sisi kebijakan anggaran,” ungkap Ratna. Melalui Bank Sampah Teratai yang
sudah berjalan di beberapa cabang, pihaknya juga mendapat apresiasi dari
kalangan swasta. Sebuah even kerjasama dengan Bank Negara Indonesia (BNI) sudah
dibuat. “Kami telah menyelenggarakan even perlombaan kerjasama BNI. Ada lomba
adu ketangkasan pemilahan sampah antar siswa SD, lomba stand up comedy tentang
isu sampah antar SMP, serta lomba daur ulang sampah antar siswa SMA,” ucapnya
haru. Selamat berjuang ibu Ratna Sakay!
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ekoregion/menginisiasi-pengelolaan-bank-sampah-dengan-model-mobile-bank_57d0b8d340afbd4d01f87b34
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/ekoregion/menginisiasi-pengelolaan-bank-sampah-dengan-model-mobile-bank_57d0b8d340afbd4d01f87b34
0 Comments:
Posting Komentar