Sabtu, Juli 01, 2017

Buletin Al-Iqro / Edisi: 80 / 11 Mei 2017

Hati yang Telah Lama Hilang
Oleh : Arief Cahyo Pratama
(Garapan Novel: Bagian 2)

Siang itu setelah pulang sekolah, aku dan nur sepakat untuk menjenguk liya. Setelah liya tidak berangkat sekolah seminggu lebih. Banyak yang khawatir dengan keadaannya, dan bertannya - tanya apa yang sedang terjadi dengan liya. Kata ibu guru sih hanya sakit demam biasa tapi kalau selama itu dan sering, terasa tidak mungkin kalau hanya demam biasa.
"Hari ini sinar matahari terasa hangat ya liya", " iya ar", "liya, ar, ayok kita ke atas bungkit itu ada pelangi". " yang benar nur". Aku dan liya pun menyusul nur yang sudah duluan di atas bukit. "Ayok liya", panggilku sambil berlari menyusul nur. " egk ar, aku di sini aja, duduk-duduk di bawah pohon".
Semenjak itu, dua bulan yang lalu, liya menjadi orang yang beda, dan dia sering menyendiri. Seakan seperti di siang hari yang sedang terik dan tiba-tiba datang hujan.
"Ar ada ida tuh di sana samperin yuk", " ida,, mau kemana". Kata nur sambil menghampiri ida. "Habis jalan - jalan nur, kalau kamu mau kemana?", "mau ketempatnya liya, ikut yuk", " egk nur, aku egk enak sama liya", "egk enak kenapa ida?", "kemaren sebelum liya sakit aku sempet kerjain dia, aku langsung pulang aja nur, ar", "sampaikan maaf ku ke liya ya ar,"
Sesampainya di rumah liya, rumah liya kosong, dan seperti sudah di tinggalkan lama. "Ar, liya kemana ya sebenarnya,", "aku egk tau juga nur", "kalau gitu pulang aja yuk ar, moga-moga saja liya enggak kenapa-kenapa".
Aku sama nur jadi semakin penasaran sebenarnya apa yang terjadi sama liya, apakah ada kaitannya dengan ida.
Ibu, apakah kita pantas mempertanyakan berbagai hal dan selalu meminta kepada-Nya, apakah pertanyaan itu akan di jawab dan permintaan itu akan dikabulkan oleh-Nya ibu.
*********
Bersambung....


0 Comments: