TOROMPIO
Karya seni terindah seringkali diciptakan ketika masyarakat mengalami
penindasan. Masyarakat menciptakan sebuah karya seni untuk
mengekspresikan apa yang mereka rasakan ataupun untuk menghibur diri dari kenyataan yang sedang dialami.
Pada masa penjajahan Jepang 1942-1945, dimana masyarakat Pamona banyak
dikerahkan untuk membuka jalan Takolekaju sebagai jalur amunisi Jepang
dari Selatan yang kemudian banyak memakan korban Jiwa menyebabkan Tari
Torompio tercipta.
Tari Torompio diyakini berasal dari Pamona Timur (Taripa). Yang popularitasnya berkembang mulai tahun 1943 berkat jasa almarhum Bapak T. Lanipa yang pada tahun itu menjabat sebagai seorang guru di Taripa.
Ya Mulai dari Taripa inilah tari Torompio menyebar ke kecamatan-kecamatan lainnya bahkan sampai di kota-kota lain di provinsi lain di seluruh Indonesia sehingga Torompio identik dengan tarian dari Poso/Pamona.
Kata Torompio adalah suatu pepatah berasal dari bahasa pamona yang terdiri dua patah kata digabungkan menjadi satu pepatah yaitu “Toro” artinya putar, “Pio” artinya angin. Dua kata ini kalau digabungkan akan menjadi "Torompio" yang bila diterjemahkan menjadi “angin berputar” atau angin taufan. Pengertian ini kemudian berkembang sehingga setiap angin yang berputar-putar dinamakan Torompio (Twister atau Tornado)
Pengertian Torompio diatas tidak dapat dimengerti hanya dari pengartian harafiah saja, makna yang terkandung di dalamnya sangat halus dan berseni yang dapat diartikan sebagai “gelora remaja yang sedang membara yang mendambakan cinta dan kasih sayang”. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jikalau sebagaian orang mendefinisikan Torompio sebagai “TAUFAN ASMARA”.
Karena pemaknaan inilah maka tari ini terlarang bagi anak-anak yang belum masuk usia remaja alias anak smp dilarang keras menarikan tarian ini. Hanya anak sma diatas usia 17 tahun yang boleh belajar tarian ini.
“TAUFAN ASMARA” ini tergambarkan dalam syair lagu indah yang tercipta:
Mosipanca siko a’i
Pampogonggumu Kanagi
Siolo kita mawani
Dantambawe sarai
Yang artinya:
Alangkah cantik/tampan sekali dikau adikku/kakakku
Berhiaskan Kalung (Kanagi)
Berdampingan kita idamkan
Sesaat kita Bersanding
Syair tadi kemudian dilanjutkan dengan gerakan dan syair merayu pria kepada wanita:
Madago pesuncu enu
Setu ri yapi mpulemu
Ane pande meporewu
Koroku Se’s dandeku
Yang artinya:
Indah untaian kalungmu
Terselip di sanggulmu
Kalau setia (pandai) jadi pengasuh
Kurela mengikutimu
Wanita yang dirayupun kemudian membalas dengan syair:
Enu madago posuncu
Setu ri yapi baturu
Ane pande mepoyunu
Barani yaku melulu
Yang artinya:
Kalung indah tersusun
Terselip di rambutmu
Bila setia (pandai) menemaniku
Kurela bersamamu
Demikianlah Tari Torompio yang sangat legendaris ini, tidak sedikit pasangan yang dipasangkan oleh guru mereka di SMU di poso, tentena, pendolo dan dimana saja di kabupaten Poso (mori, napu, bada) kemudian berjodoh dan menjadi sepasang suami istri karena setelah latihan torompio di sekolah cinta pun berlanjut sampai ke rumah. Banyak juga yang hanya sebatas “jadian” atau pacaran karena daya magis tarian ini selama latihan.
Umumnya (herannya) pemasangan yang dilakukan guru atau pelatih tari pas keliatannya artinya cowo yang tampan akan dipasangkan dengan gadis yang cantik dan disesuaikan kadar ketampanan dan kecantikannya. Pemasangan ini entah kenapa terkesan pas bagi penontonnya dan akan membuat pasangan tari yang “dijodohkan” tersipu-sipu karena ada adegan pengalungan kalung dan adegan merayu ini.
Inilah tari yang akan membuat Ngkai-Ngkai ompong dan Nenek-Nenek paling tua sekalipun akan tersenyum mengingat masa lalu waktu sang ngkai masih gagah perkasa dan nenek yang masih cantik jelita, menarikan tarian ini dengan pasangan tarinya yang entah dimana kini….atau justru sedang ada disisinya……
Inilah Torompio……Tari yang banyak memberikan kenangan bagi orang-orang tua dulu yang sering tersenyum sendiri kalau menonton tarian ini ditarikan anak laki-laki atau anak perempuan dari generasi yang lebih muda sambil terkenang akan masanya dulu waktu masih dipingit dirumah dan hanya pada saat latihan Tari Torompio baru bisa ketemu pujaan hati….
Tabea.
Keterangan Foto: Paling Kiri Ngkai Lanipa pencipta Tari Torompio.
Tari Torompio diyakini berasal dari Pamona Timur (Taripa). Yang popularitasnya berkembang mulai tahun 1943 berkat jasa almarhum Bapak T. Lanipa yang pada tahun itu menjabat sebagai seorang guru di Taripa.
Ya Mulai dari Taripa inilah tari Torompio menyebar ke kecamatan-kecamatan lainnya bahkan sampai di kota-kota lain di provinsi lain di seluruh Indonesia sehingga Torompio identik dengan tarian dari Poso/Pamona.
Kata Torompio adalah suatu pepatah berasal dari bahasa pamona yang terdiri dua patah kata digabungkan menjadi satu pepatah yaitu “Toro” artinya putar, “Pio” artinya angin. Dua kata ini kalau digabungkan akan menjadi "Torompio" yang bila diterjemahkan menjadi “angin berputar” atau angin taufan. Pengertian ini kemudian berkembang sehingga setiap angin yang berputar-putar dinamakan Torompio (Twister atau Tornado)
Pengertian Torompio diatas tidak dapat dimengerti hanya dari pengartian harafiah saja, makna yang terkandung di dalamnya sangat halus dan berseni yang dapat diartikan sebagai “gelora remaja yang sedang membara yang mendambakan cinta dan kasih sayang”. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jikalau sebagaian orang mendefinisikan Torompio sebagai “TAUFAN ASMARA”.
Karena pemaknaan inilah maka tari ini terlarang bagi anak-anak yang belum masuk usia remaja alias anak smp dilarang keras menarikan tarian ini. Hanya anak sma diatas usia 17 tahun yang boleh belajar tarian ini.
“TAUFAN ASMARA” ini tergambarkan dalam syair lagu indah yang tercipta:
Mosipanca siko a’i
Pampogonggumu Kanagi
Siolo kita mawani
Dantambawe sarai
Yang artinya:
Alangkah cantik/tampan sekali dikau adikku/kakakku
Berhiaskan Kalung (Kanagi)
Berdampingan kita idamkan
Sesaat kita Bersanding
Syair tadi kemudian dilanjutkan dengan gerakan dan syair merayu pria kepada wanita:
Madago pesuncu enu
Setu ri yapi mpulemu
Ane pande meporewu
Koroku Se’s dandeku
Yang artinya:
Indah untaian kalungmu
Terselip di sanggulmu
Kalau setia (pandai) jadi pengasuh
Kurela mengikutimu
Wanita yang dirayupun kemudian membalas dengan syair:
Enu madago posuncu
Setu ri yapi baturu
Ane pande mepoyunu
Barani yaku melulu
Yang artinya:
Kalung indah tersusun
Terselip di rambutmu
Bila setia (pandai) menemaniku
Kurela bersamamu
Demikianlah Tari Torompio yang sangat legendaris ini, tidak sedikit pasangan yang dipasangkan oleh guru mereka di SMU di poso, tentena, pendolo dan dimana saja di kabupaten Poso (mori, napu, bada) kemudian berjodoh dan menjadi sepasang suami istri karena setelah latihan torompio di sekolah cinta pun berlanjut sampai ke rumah. Banyak juga yang hanya sebatas “jadian” atau pacaran karena daya magis tarian ini selama latihan.
Umumnya (herannya) pemasangan yang dilakukan guru atau pelatih tari pas keliatannya artinya cowo yang tampan akan dipasangkan dengan gadis yang cantik dan disesuaikan kadar ketampanan dan kecantikannya. Pemasangan ini entah kenapa terkesan pas bagi penontonnya dan akan membuat pasangan tari yang “dijodohkan” tersipu-sipu karena ada adegan pengalungan kalung dan adegan merayu ini.
Inilah tari yang akan membuat Ngkai-Ngkai ompong dan Nenek-Nenek paling tua sekalipun akan tersenyum mengingat masa lalu waktu sang ngkai masih gagah perkasa dan nenek yang masih cantik jelita, menarikan tarian ini dengan pasangan tarinya yang entah dimana kini….atau justru sedang ada disisinya……
Inilah Torompio……Tari yang banyak memberikan kenangan bagi orang-orang tua dulu yang sering tersenyum sendiri kalau menonton tarian ini ditarikan anak laki-laki atau anak perempuan dari generasi yang lebih muda sambil terkenang akan masanya dulu waktu masih dipingit dirumah dan hanya pada saat latihan Tari Torompio baru bisa ketemu pujaan hati….
Tabea.
Keterangan Foto: Paling Kiri Ngkai Lanipa pencipta Tari Torompio.
0 Comments:
Posting Komentar