Tamai Has
This is default featured slide 1 title
Logo TBM.Gospen Lopito TULISAN ARAB IQRA : PERINTAH ALLAH SWT KEPADA MANUSIA UNTUK TERUS MEMBACA DENGAN MENYEBUT NAMA-NYA. 2. KERTAS DAN PENA:SENJATA PUJANGGA YANG TERUS DIGUNAKAN PARA PENUNTUT ILMU. 3. GOSPEN LOPITO: NAMA TAMAN BACA. 4. 9-3-2007 : HARI BANGKIT TAMAN BACA. 5. TIGA GARIS PADA BAGIAN BAWAH BUKU MELAMBANGKAN : TIGA PILAR YG AKAN DIPERJUANGKAN BERDASARKAN TIGA KONSEP OLEH EMPAT WADAH PERGERAKAN..
This is default featured slide 2 title
Nomor Pokok Perpustakaan (NPP) Diterbitkan Oleh Perpustakaan Nasional.
This is default featured slide 3 title
Kartu Anggota Forum TBM.
This is default featured slide 4 title
Rak Buku TBM.Gospen Lopito,Sebuah Kesederhanaan.
This is default featured slide 5 title
Pengelola TBM Bersama Siswa SMA Tahfidz Al-Izzah.
Tampilkan postingan dengan label SEJARAH. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label SEJARAH. Tampilkan semua postingan
Jumat, Desember 21, 2018
Selasa, Mei 22, 2018
Cerita Rakyat " Danau Tendetung"
Sumber : http://mutiarahati222.blogspot.co.id/2014/05/legenda-danau-tendetung.html
Pada zaman dahulu, disebuah dusun kurang lebih 2 kilometer dari kampung kanali, ada sepasang muda-mudi yang saling mencintai. Percintaan mereka tidak mendapat restu dari kedua orang tua mereka. Menurut adat dan agama, mereka memang terlarang untuk menjadi suami isteri. Untuk memisahkan mereka, kedua orang tua si gadis berencana untuk menikahkan putrinya dengan pria lain. Sang pemuda merasa sakit hati dengan rencana tersebut dan berusaha menggagalkan pesta pernikahan tersebut. Jauh sebelumnya dia sudah memberitahukan rencana ini kepada kekasihnya. Mereka sudah sepakat untuk melarikan diri dihari tersebut.
Anda ingin tahu apa yang dilakukan pemuda tersebut? Pemuda tadi sengaja mengumpulkan binatang-binatang laut yang dimasukkan ke dalam bambu. Menurut kepercayaan saat itu, bila barang-barang tersebut diletakkan di rumah orang yang sedang berpesta, akan menimbulkan malapetaka (dalam bahasa banggai Tobibil) yang amat besar di daerah itu. Pemuda itu nekat untuk mempersunting idamannya, tanpa mempedulikan bila rencana tersebut akan menimbulkan bencana besar bagi orang lain. Dia begitu yakin bahwa dengan perbuatan yang akan dilakukan tersebut akan menimbulkan mata air yang membanjiri seluruh daerah tersebut. Karena keyakinan tersebut, jauh hari sebelumnya dia sudah menyiapkan sebuah perahu yang akan digunakan bersama kekasihnya untuk melarikan diri ke daerah lain, dan hidup bahagia di daerah yang baru.
Tepat pada hari pernikahan sang gadis, pemuda tersebut mengikatkan benda-benda pantangan yang telah dipersiapkan pada tiang utama rumah panggung yang akan dibuat pesta, dengan harapan akan timbul Tobibil. Benar perkiraannya,
pesta itu akhirnya buyar berantakan dengan timbulnya air bah yang memancar dari bawah bangunan yang telah diletakkan benda-benda larangan tersebut. Tanpa mempedulikan korban lain yang berjatuhan, pemuda tersebut segera mengajak kekasihnya naik perahu yang telah disiapkannya. Merekapun segera melarikan diri mengikuti derasnya air yang keluar dari dalam tanah tersebut.
Rupanya perbuatan mereka itu tidak hanya ditentang oleh kedua orang tuanya. Alam dan Tuhan pun ikut murka pada perbuatan tersebut, sebab banyak sekali rintangan yang menghadang pelarian kedua remaja tersebut. Pada setiap perjalanan, perahu mereka selalu dihadang oleh pohon-pohon yang tumbang, sehingga memaksa mereka untuk membelokkan arah ke tempat lain. Demikianlah, rintangan bertubi-tubi datangnya, sehingga belokan perahu itupun mencapai berpuluh-puluh tikungan. Pada belokan yang ke seratus, mendadak di depan mereka ada sebuah lobang besar berdiameter kurang lebih lima meter yang menelan air bah tersebut termasuk sepasang sejoli tadi bersama perahunya. Tak seorangpun tahu apa yang dialami oleh dua sejoli tersebut dalam tanah. Yang jelas, cita-cita mereka untuk hidup bahagia bersama musnah sudah.
Kurang lebih tiga bulan kemudian di kampung kanali muncullah dua mata air yang jernih. Jarak antara mata air yang satu dengan mata air yang lainnya kurang lebih 300 meter. Dari kedua mata air tersebut mengalirlah dua sungai yang bermuara di lautan. Akhirnya, oleh penduduk kedua sungai itu diberi nama sundano dan kekiap yaitu nama sepasang sejoli yang bernasib sial tersebut. Penduduk berkeyakinan bahwa kedua mata air itu adalah penjelmaan dari jasad muda-mudi tersebut, yang mungkin perahunya pecah di kedalaman tanah sana, sehingga tubuh mereka terlempar pada kedua mata air tersebut.
Nasib kedua sejoli ini memang telah berakhir dengan tragis, tetapi keanehan-keanehan muncul setelah peristiwa tersebut. Setiap enam bulan sekali, air yang mengalir dari awal air bah menuju lobang besar tersebut seperti tersumbat sesuatu, sehingga mengakibatkan seluruh daratan tergenang air menjadi sebuah danau yang disebut Danau Tendetung. Enam bulan kemudian air tersebut kering bagai ditelan bumi, sehingga tampaklah air sungai yang berbelokan seratus tikungan tersebut. Anehnya lagi, setiap surut atau kering, pada mata air sungai yang berkelok seratus tadi bermunculan ikan-ikan yang disebut penduduk ikan Telendek. Karena hal tersebut, banyak penduduk yang turun ke tendetung mencari ikan sekalian berdarmawisata. Akibatnya, air yang ada di Sundano dan Kekiap pun menjadi agak keruh. Karena hal ini terjadi secara rutin, penduduk sekitar, termasuk suku Bajo, yang memanfaatkan air Sundano dan Kekiap bisa menandai, kapan air danau kering dan kapan air danau naik.
Satu keanehan lagi, yang sampai kini menjadi satu pantangan yang amat dipatuhi penduduk, yakni: Air yang ada di Mata Air Sundano TIDAK BOLEH dicampurkan dengan air yang ada di Mata Air Sungai Kekiap. Apabila pantangan ini dilanggar, niscaya akan timbul sebuah malapetaka yang amat hebat (Papaak Koselese) di wilayah itu. Adapun kepercayaan penduduk yang berpendapat bahwa sungai yang di bawah tanah antara danau Tendetung dengan kedua sungai tersebut banyak belokannya, ini bisa dibuktikan. Pernah diadakan percobaan dengan cara menghanyutkan buah pinang ke dalam lobang masuk sungai di dalam tanah tadi, kemudian menjaganya di mata air sundano, dan kekiap. Ternyata, buah pinang tadi sampainya di sana sudah berwarna kuning, dan memakan waktu sekitar 3 bulan. Padahal jarak dari lubang ke mata air tersebut tidaklah jauh, kalau ditarik garis lurus, mungkin tak sampai semalam sudah sampai ke tujuan.
Ada lagi bukti lain, ada satu tempat di antara Danau Tendetung dan Kanali yang disebut daerah Ndundung, bila kaki dihentakkan akan berbunyi seperti bunyi Gong (Ndundung). Hal ini menandakan bahwa di dalam tanah ada satu lobang besar. Demikianlah kisah dibalik keunikan dan keanehan Danau tendetung. Bagi yang ingin membuktikan keunikannya secara langsung, silahkan mengunjungi Danau Tendetung yang berada di Kanali Kabupaten Banggai Kepulauan.
*******
Samarinda,22 Mei 2018
Saat Pasang |
Saat Surut |
Kamis, Juni 16, 2016
TOROMPIO
TOROMPIO
Karya seni terindah seringkali diciptakan ketika masyarakat mengalami
penindasan. Masyarakat menciptakan sebuah karya seni untuk
mengekspresikan apa yang mereka rasakan ataupun untuk menghibur diri dari kenyataan yang sedang dialami.
Pada masa penjajahan Jepang 1942-1945, dimana masyarakat Pamona banyak
dikerahkan untuk membuka jalan Takolekaju sebagai jalur amunisi Jepang
dari Selatan yang kemudian banyak memakan korban Jiwa menyebabkan Tari
Torompio tercipta.
Tari Torompio diyakini berasal dari Pamona Timur (Taripa). Yang popularitasnya berkembang mulai tahun 1943 berkat jasa almarhum Bapak T. Lanipa yang pada tahun itu menjabat sebagai seorang guru di Taripa.
Ya Mulai dari Taripa inilah tari Torompio menyebar ke kecamatan-kecamatan lainnya bahkan sampai di kota-kota lain di provinsi lain di seluruh Indonesia sehingga Torompio identik dengan tarian dari Poso/Pamona.
Kata Torompio adalah suatu pepatah berasal dari bahasa pamona yang terdiri dua patah kata digabungkan menjadi satu pepatah yaitu “Toro” artinya putar, “Pio” artinya angin. Dua kata ini kalau digabungkan akan menjadi "Torompio" yang bila diterjemahkan menjadi “angin berputar” atau angin taufan. Pengertian ini kemudian berkembang sehingga setiap angin yang berputar-putar dinamakan Torompio (Twister atau Tornado)
Pengertian Torompio diatas tidak dapat dimengerti hanya dari pengartian harafiah saja, makna yang terkandung di dalamnya sangat halus dan berseni yang dapat diartikan sebagai “gelora remaja yang sedang membara yang mendambakan cinta dan kasih sayang”. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jikalau sebagaian orang mendefinisikan Torompio sebagai “TAUFAN ASMARA”.
Karena pemaknaan inilah maka tari ini terlarang bagi anak-anak yang belum masuk usia remaja alias anak smp dilarang keras menarikan tarian ini. Hanya anak sma diatas usia 17 tahun yang boleh belajar tarian ini.
“TAUFAN ASMARA” ini tergambarkan dalam syair lagu indah yang tercipta:
Mosipanca siko a’i
Pampogonggumu Kanagi
Siolo kita mawani
Dantambawe sarai
Yang artinya:
Alangkah cantik/tampan sekali dikau adikku/kakakku
Berhiaskan Kalung (Kanagi)
Berdampingan kita idamkan
Sesaat kita Bersanding
Syair tadi kemudian dilanjutkan dengan gerakan dan syair merayu pria kepada wanita:
Madago pesuncu enu
Setu ri yapi mpulemu
Ane pande meporewu
Koroku Se’s dandeku
Yang artinya:
Indah untaian kalungmu
Terselip di sanggulmu
Kalau setia (pandai) jadi pengasuh
Kurela mengikutimu
Wanita yang dirayupun kemudian membalas dengan syair:
Enu madago posuncu
Setu ri yapi baturu
Ane pande mepoyunu
Barani yaku melulu
Yang artinya:
Kalung indah tersusun
Terselip di rambutmu
Bila setia (pandai) menemaniku
Kurela bersamamu
Demikianlah Tari Torompio yang sangat legendaris ini, tidak sedikit pasangan yang dipasangkan oleh guru mereka di SMU di poso, tentena, pendolo dan dimana saja di kabupaten Poso (mori, napu, bada) kemudian berjodoh dan menjadi sepasang suami istri karena setelah latihan torompio di sekolah cinta pun berlanjut sampai ke rumah. Banyak juga yang hanya sebatas “jadian” atau pacaran karena daya magis tarian ini selama latihan.
Umumnya (herannya) pemasangan yang dilakukan guru atau pelatih tari pas keliatannya artinya cowo yang tampan akan dipasangkan dengan gadis yang cantik dan disesuaikan kadar ketampanan dan kecantikannya. Pemasangan ini entah kenapa terkesan pas bagi penontonnya dan akan membuat pasangan tari yang “dijodohkan” tersipu-sipu karena ada adegan pengalungan kalung dan adegan merayu ini.
Inilah tari yang akan membuat Ngkai-Ngkai ompong dan Nenek-Nenek paling tua sekalipun akan tersenyum mengingat masa lalu waktu sang ngkai masih gagah perkasa dan nenek yang masih cantik jelita, menarikan tarian ini dengan pasangan tarinya yang entah dimana kini….atau justru sedang ada disisinya……
Inilah Torompio……Tari yang banyak memberikan kenangan bagi orang-orang tua dulu yang sering tersenyum sendiri kalau menonton tarian ini ditarikan anak laki-laki atau anak perempuan dari generasi yang lebih muda sambil terkenang akan masanya dulu waktu masih dipingit dirumah dan hanya pada saat latihan Tari Torompio baru bisa ketemu pujaan hati….
Tabea.
Keterangan Foto: Paling Kiri Ngkai Lanipa pencipta Tari Torompio.
Tari Torompio diyakini berasal dari Pamona Timur (Taripa). Yang popularitasnya berkembang mulai tahun 1943 berkat jasa almarhum Bapak T. Lanipa yang pada tahun itu menjabat sebagai seorang guru di Taripa.
Ya Mulai dari Taripa inilah tari Torompio menyebar ke kecamatan-kecamatan lainnya bahkan sampai di kota-kota lain di provinsi lain di seluruh Indonesia sehingga Torompio identik dengan tarian dari Poso/Pamona.
Kata Torompio adalah suatu pepatah berasal dari bahasa pamona yang terdiri dua patah kata digabungkan menjadi satu pepatah yaitu “Toro” artinya putar, “Pio” artinya angin. Dua kata ini kalau digabungkan akan menjadi "Torompio" yang bila diterjemahkan menjadi “angin berputar” atau angin taufan. Pengertian ini kemudian berkembang sehingga setiap angin yang berputar-putar dinamakan Torompio (Twister atau Tornado)
Pengertian Torompio diatas tidak dapat dimengerti hanya dari pengartian harafiah saja, makna yang terkandung di dalamnya sangat halus dan berseni yang dapat diartikan sebagai “gelora remaja yang sedang membara yang mendambakan cinta dan kasih sayang”. Oleh karena itu tidaklah mengherankan jikalau sebagaian orang mendefinisikan Torompio sebagai “TAUFAN ASMARA”.
Karena pemaknaan inilah maka tari ini terlarang bagi anak-anak yang belum masuk usia remaja alias anak smp dilarang keras menarikan tarian ini. Hanya anak sma diatas usia 17 tahun yang boleh belajar tarian ini.
“TAUFAN ASMARA” ini tergambarkan dalam syair lagu indah yang tercipta:
Mosipanca siko a’i
Pampogonggumu Kanagi
Siolo kita mawani
Dantambawe sarai
Yang artinya:
Alangkah cantik/tampan sekali dikau adikku/kakakku
Berhiaskan Kalung (Kanagi)
Berdampingan kita idamkan
Sesaat kita Bersanding
Syair tadi kemudian dilanjutkan dengan gerakan dan syair merayu pria kepada wanita:
Madago pesuncu enu
Setu ri yapi mpulemu
Ane pande meporewu
Koroku Se’s dandeku
Yang artinya:
Indah untaian kalungmu
Terselip di sanggulmu
Kalau setia (pandai) jadi pengasuh
Kurela mengikutimu
Wanita yang dirayupun kemudian membalas dengan syair:
Enu madago posuncu
Setu ri yapi baturu
Ane pande mepoyunu
Barani yaku melulu
Yang artinya:
Kalung indah tersusun
Terselip di rambutmu
Bila setia (pandai) menemaniku
Kurela bersamamu
Demikianlah Tari Torompio yang sangat legendaris ini, tidak sedikit pasangan yang dipasangkan oleh guru mereka di SMU di poso, tentena, pendolo dan dimana saja di kabupaten Poso (mori, napu, bada) kemudian berjodoh dan menjadi sepasang suami istri karena setelah latihan torompio di sekolah cinta pun berlanjut sampai ke rumah. Banyak juga yang hanya sebatas “jadian” atau pacaran karena daya magis tarian ini selama latihan.
Umumnya (herannya) pemasangan yang dilakukan guru atau pelatih tari pas keliatannya artinya cowo yang tampan akan dipasangkan dengan gadis yang cantik dan disesuaikan kadar ketampanan dan kecantikannya. Pemasangan ini entah kenapa terkesan pas bagi penontonnya dan akan membuat pasangan tari yang “dijodohkan” tersipu-sipu karena ada adegan pengalungan kalung dan adegan merayu ini.
Inilah tari yang akan membuat Ngkai-Ngkai ompong dan Nenek-Nenek paling tua sekalipun akan tersenyum mengingat masa lalu waktu sang ngkai masih gagah perkasa dan nenek yang masih cantik jelita, menarikan tarian ini dengan pasangan tarinya yang entah dimana kini….atau justru sedang ada disisinya……
Inilah Torompio……Tari yang banyak memberikan kenangan bagi orang-orang tua dulu yang sering tersenyum sendiri kalau menonton tarian ini ditarikan anak laki-laki atau anak perempuan dari generasi yang lebih muda sambil terkenang akan masanya dulu waktu masih dipingit dirumah dan hanya pada saat latihan Tari Torompio baru bisa ketemu pujaan hati….
Tabea.
Keterangan Foto: Paling Kiri Ngkai Lanipa pencipta Tari Torompio.
Wafatnya Magau LAMAKARATE
Telegram Wafatnya Magau LAMAKARATE dimuat di pemberitaan koran DE INDISCHE COURAN halaman 2, terbit hari Rabu 20 Mei 1936.
Makam dari FUADIN
Makam
dari FUADIN yang bergelar adi saka anak ke pertama dari raja banggai
pertama adi cokro yang bergelar mumbu doi jawa, beliau adalah salah
satu penyebar islam di tanah banggai peradaban islam tertua, cerita
sedikit fuadin sebenarnya adalah pewaris tahta ke 2 kerajaan banggai
setelah ayahnya adi cokro yang kembali ke tanah jawa, akan tetapi ketika
berumur 12 tahun fuadin dan adiknya adi sabol berangkat ke tanah jawa
untuk membujuk ayahnya kembali ke banggai untuk menjadi raja
karena kekosongan kekuasaan akan tetapi adi cokro tidak mau balik ke
banggai dan memberikan tahta kepada saudara tertua adi sabol yaitu
fuadin , fuadin dan adi sabol pun berguru tentang ajaran islam di tanah
jawa kepada ayahnya untuk memperdalam ajaran islam , setelah beranjak
dewasa fuadin pun berikan tahta oleh ayahnya adi cokro di tanah jawa,
adik dari fuadin pun bergegas pulang ke kerajaan banggai tanpa kakaknya
untuk mempersiapkan penyambutan akan tetapi setelahnya adi sabol di
kerajaan banggai dengan membawa 12 bendera putih yang bersusun maka di
angkatlah adi sabol sebagai raja selanjutnya tanpa menolak adi sabol
hanya diam dan tak memberitahu bahwa yang di berikan tahta adalah
fuadin, stelah fuadin sampai di banggai dengan membawa 12 bendera putih
bersusun , fuadin pun kaget karna kerajaan banggai sdh di perintah oleh
adiknya dengan berat hati fuadin merelakan tahta nya, fuadin pun tak
menetap di banggai dan lanjut perjalanan ke batui untuk mengantar burung
maleo yang di bawah adi cokro ke tanah jawa untuk di kembang biakan
krna lingkungan di kerajaan batui lebih bagus dari pada banggai, setelah
itu fuadin melanjutkan perjalanan ke bulagi dan menyebarkan agama islam
disana tepatnya di lolantang dan meninggal disana.
Makam fuadin meninggal 68 H
Makam fuadin meninggal 68 H
Senin, Mei 16, 2016
Kisah Partai Pohon Kelapa
Partai Rakyat Indonesia pimpinan Bung Tomo kena gusur kebijakan politik Sukarno.
Kampanye Partai Rakyat Indonesia pada pemilu pertama 1955.
Foto: Repro buku "Bung Tomo Suamiku" karya Sulistina Soetomo.
AdvertisingHendri F. Isnaeni
dibaca
9182
SIAPA tak kenal Sutomo alias Bung Tomo? Dia dikenang dengan aksi heroiknya dalam Pertempuran Surabaya, 10 November 1945. Setelah Indonesia merdeka, dia tertarik mendirikan partai politik. Maka, pada 20 Mei 1950, berdirilah Partai Rakyat Indonesia (PRI). Kantor pusatnya di Jalan Gondangdia Lama 18 Jakarta.
Menurut Sulistina Soetomo, istri Bung Tomo, PRI adalah perubahan wajah dari Barisan Pemberontakan Rakyat Indonesia (BPRI), yang didirikan dan dipimpin Bung Tomo selama masa revolusi. “Inilah satu-satunya partai di saat itu yang berlandaskan Pancasila. Lambangnya adalah pohon kelapa,” ujarnya dalamBung Tomo Suamiku.
Sejarawan AB Lapian menyebut, PRI didirikan karena adanya pertentangan di antara berbagai kepercayaan agama, aliran golongan, dan gejala-gejala lain yang membahayakan keselamatan rakyat dan negara. “Dengan maksud menghentikan gejala-gejala tersebut, maka para pejuang ‘45 menyatukan diri dalam suatu organisasi yang diberi nama Partai Rakyat Indonesia (PRI). PRI berdasarkan Pancasila dan bertujuan mempertahankan dan menegakkan kedaulatan negara kesatuan RI,” tulis Lapian dalam Terminologi Sejarah 1945-1950 & 1950-1959.
Untuk membesarkan partai, Bung Tomo kerap bolak-balik Malang-Jakarta. “Bung Tomo sibuk bukan main dengan partainya. Jarang di rumah,” kata Sulistina.
Dalam Menembus Kabut Gelap: Bung Tomo Menggugat, Bung Tomo mengklaim partainya mendapat sambutan hangat dari rakyat. “Dalam waktu singkat kita berkembang di seluruh Indonesia. Dari Sumatera sampai ke Bandaneira (Maluku). Cabang-cabangnya tumbuh dengan pesatnya, beribu-ribu ranting timbul secara spontan.”
Ketika Kabinet Burhanuddin Harahap (Agustus 1955-Maret 1956) terbentuk, Bung Tomo ditunjuk sebagai menteri negara. Kabinet Burhanuddin merupakan kabinet koalisi dari berbagai partai. Namun karena wakil dari Masyumi mendominasi, banyak yang menyebutnya sebagai Kabinet Masyumi.
Keikutsertaan PRI dalam Kabinet Burhanuddin malah merugikan. Ia kerap mendapat serangan dari partai oposisi: PNI dan PKI. Dampaknya terasa di Bali. Made Geria dan Oka Dewangkara, pemuka PRI, memperhitungkan Bali akan menyumbang tiga kursi untuk DPR. Namun, PNI dan PKI menebar kampanye negatif bahwa Bung Tomo sudah dipimpin orang Masyumi dan hendak mengislamkan rakyat Bali.
“Rakyat yang semula sudah berketetapan untuk memilih ‘pohon kelapa’ ternyata lalu meninggalkannya,” kata Bung Tomo.
Pada pemilu parlemen 1955, PRI meraih suara 206.161 (0,55%) dan hanya berhak atas dua kursi di DPR –salah satunya untuk Bung Tomo. Dalam pemilihan anggota Konstituante, PRI meraih suara 134.011 (0,35%) dan beroleh dua kursi untuk Purboningrat dan Basuki Resobowo.
Dalam evaluasinya, Bung Tomo menyebut beberapa faktor penyebab kegagalan partainya: anasir-anasir infiltrasi yang menggerogoti partai, kawan-kawan seperjuangan yang tak bisa menyesuaikan diri dengan kehidupan kepartaian dan perkembangan masyarakat, tidak adanya “organisasi-organisasi imbangan” (organisasi sayap), tidak adanya pendidikan kader, dan tidak adanya alat-alat penerangan partai (corong partai seperti media massa).
Daya hidup PRI kian melemah setelah Presiden Sukarno mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959. UUD 1945 diberlakukan kembali. DPR dan Konstituante dibubarkan, dan sebagai gantinya dibentuklah MPRS dan DPR Gotong Royong, yang anggotanya ditunjuk atau ditetapkan presiden. PRI tidak dilibatkan dalam DPR Gotong Royong.
Bung Tomo pun menggugat Presiden Sukarno ke Pengadilan Negeri Istimewa Jakarta pada 24 Agustus 1960. Hakim Rochjani Su’ud memutuskan pembubaran DPR oleh Presiden Sukarno itu merupakan soal politik, sehingga gugatan Bung Tomo ditolak.
Setelah Dekrit Presiden, muncul pula aturan baru kepartaian. Tak semua partai bisa meneruskan kegiatannya; hanya partai-partai yang disahkan presiden setelah memenuhi syarat-syarat tertentu. PRI termasuk partai yang tak diakui, sehingga tulis Lapian, “PRI hilang dari gelanggang partai politik.”
Tamatlah riwayat partai berlambang pohon kelapa.
Sabtu, Oktober 03, 2015
Bersatulah Umat Islam By uluNP
Sabtu, Oktober 03, 2015
SEJARAH
Sbr fto:coolwallpaperblog.blogspot.comPenyerangan Kaum kafir diMasji Al-Aqsa |
Kerisauan hati ini Saat Persatuan Umat Islam Terkoyakkan, peperangan terjadi dikolong langit ini, Penyerangan Kaum kafir Dimasjid Al- Aqsa. Kita kaum Muslimin jangan larut dalam kesedihan yang terpenting adalah kita terus berjuang pada jalan Allah SWT, menjaga kemurnian Islam dan memperkuat Ukhuwah Islamia. Jangan pernah takut dengan musuh.
Sumber foto:www.republika.co.id |
Bersama -sama kita saling mengingatkan dalam kebaikan (beramal) serta bersabar dalam menapaki kebenaran dan ketaatan. Allah SWT tidak akan pernah merubah keadaan / kondisi kita saat ini kalau bukan kita sendiri yang berusaha memperbaikinya.
Hari-
hari kita terbelengguh kebodohan
Hari-
hari kita terlenah dalam kelalaian
Hari-
hari kita diperbudak dunia kegelapan
Hari-
hari kita dalam penderitaan tanpa kesudahan.
Pada
hari ini!!!....
Kita
bangkit, bangkit, marilah bangkit!!!...
Bangkit
dari kebodohan menuju kecerdasan
Dari
kelalaian menuju ketekunan
Bangkit
dari dunia kegelapan menuju dunia terang
Penuh
cahaya kedamaian kekal nan abadi.
Pada
hari ini!!!...
Kita
akhiri penderitaan tanpa kesudahan
Kita
kembali kejalan yang lurus dan mulia
Noda
dan dosa menjadi Do’a dan Taubat.
***
http://gospenlopito.blogspot.co.id/2014/09/bangkitlah-oleh-nahwan-pasangio.html
**********http://gospenlopito.blogspot.co.id/2014/09/bangkitlah-oleh-nahwan-pasangio.html
ngeblog pagi Untuk Semangat dihari Sabtu (03102015,07:18)
Rabu, Mei 13, 2015
SEJARAH PERPUSTAKAAN GOSPEN LOPITO
ARTI LAMBANG PERPUSTAKAAN GOSPEN LOPITO:
TULISAN ARAB IQRA : PERINTAH ALLAH SWT KEPADA MANUSIA UNTUK TERUS MEMBACA DENGAN MENYEBUT NAMA-NYA.
KERTAS DAN PENA:SENJATA PUJANGGA YANG TERUS DIGUNAKAN PARA PENUNTUT ILMU.
GOSPEN LOPITO: NAMA PERPUSTAKAAN
9-3-2007 : HARI BANGKIT PERPUSTAKAAN.
TIGA GARIS PADA BAGIAN BAWAH BUKU MELAMBANGKAN : TIGA PILAR YG AKAN DIPERJUANGKAN BERDASARKAN TIGA KONSEP OLEH EMPAT WADAH PERGERAKAN.
- Tiga pilar TPA, RISMA, KARANG TARUNA
- Tiga konsep : MOLOYOS MONONDOK, KABIYO AMPOLIYO, KANGGIO SIPATENE.
- Empat wadah pergerakan : TPA, RISMA, KARANG TARUNA , INMOSANA.
...............................................................................................................
SEJARAH SINGKAT BERDIRINYA PEREPUSTAKAAN "GOSPEN LOPITO"Saat itu tanggal 25 februari 2007 aku duduk sendiri dipematang sawah. Pikiran ini menerawang jauh akan masa depan terpetik dalam hati tentang sesuatu kemungkinan yang dapat terjadi dengan kondisi Ekonomi saat itu, Sekiranya benar aku tak dapat melanjutkan kuliah apa yang dapat aku berikan untuk desaku yang dapat dimanfaatkan orang banyak. Pikiran ini terus berlari mencari solusi dan pikiran yang tidak terbatasi oleh sekat menemukan solusi dengan satu tekat untuk mendirikan perpustakaan dengan segala keterbatasan yang ada dengan satu tujuan ikut mencerdaskan kehidupan Bangsa.Dari sebuah inspirasi motifasi di pematang sawah semuanya terwujudkan pada tanggal 9 Maret 2007 terafdholkan Dgn Niat & Do'a Mengharapkan Ridho ALLAH SWT dgn bacaan Ummul Kitab SURATUL AL FATEHA ( ba'da Ashar), saat itu Sepulang Les Bhs. Indonesia. Hari ini Aku abadikan sebagai hari jadi perpustakaan GOSPEN LOPITO. Dikelas XII MA.ASY-SYIFAA inilah kucoba merangkai impian masa depan dengan langkah pasti walaupun berbekal segala keterbatasan yang ada, Aku tetap memperkaya diri Dgn cita-cita berpegang teguh pada niat dan tekat, bersandar pada ALLAH SWT Aku yakin dgn demikian kita tdk menjadi sang pemimpi yang terbebani oleh stres.
mohon Do'a dan saran dr teman-teman Sekalian...
TTD: PENDIRI PERPUSTAKAAN GOSPEN LOPITO
Selasa, April 28, 2015
Semangat 4 Mei Semangat Kebangkitan Pelajar Islam Indonesia (PII)
04 Mei 2009
Semangat 4 Mei Semangat Kebangkitan Pelajar Islam Indonesia (PII)
Hari
ini kita kembali memperingati Hari Bangkit (HARBA PII) ke 62 yang jatuh
pada 4 Mei 2009, pada awal kelahirannya Kebangkitan diterjemahkan
sebagai lahirnya kesadaran dan tanggung jawab sebagai Pelajar Islam
terhadap agama, nusa dan bangsa. Dimensi Kebangkitan melalui manifestasi semangat 4 Mei akan senantiasa berkembang bersama dinamika bangsa dan tantangan zamannya.
Tatkala Ibu Pertiwi menghadapi beratnya fase perjuangan kemerdekaan Gelora Kebangkitan itu kemudian melahirkan Brigade PII sebagai bagian upaya pertahanan dan pembelaan negara serta menyalurkan tenaga – tenaga muda PII kedalam laskar – laskar perjuangan seperti Laskar Hizbullah dan Laskar Sabilillah.
Dalam menyikapi Ideologi Merah khususnya Komunisme, Pelajar Islam Indonesia dengan semangat 4 Mei-nya memilih bersikap moderat namun kenyataan dalam prakteknya ideologi merah kemudian menjelma dalam tipologi gerakan massa yang konfrontatif, massive dan dekat dengan anarkisme sehingga akhirnya memantik lahirnya Bahaya Merah dan membuat PII harus bangkit dan tegas bersikap, pada tahun 1950 dalam Kongres Pemuda Indonesia di Surabaya PII menolak bergabung dalam Front Pemuda Indonesia lantaran kongres pemuda tersebut menjadi ajang blok – blokan, saling menguasai dan banyak ditunggangi oleh kepentingan kelompok kiri yang dimotori oleh Pesindo Pemuda Rakyat.
Pasca peristiwa 1965 Pelajar Islam Indonesia bersama komponen bangsa lainnya bergerak dalam sebuah Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Islam (KAPPI), “Bangkit” bersama mengawal tiga tuntutan rakyat (Tritura) sebagai Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera).
Arah Kebangkitan PII semakin jelas dan fokus dengan lahirnya Gerakan Amal Sholeh (GAS) dengan slogannya yang terkenal Kembali ke Sekolah, Kembali ke Masjid dan Kembali Ke Kampung, melalui Gerakan Amal Sholeh Pelajar Islam Indonesia bangkit untuk ikut menanggulangi Krisis Moral yang melanda Generasi Muda.
Pelajar Islam Indonesia juga bergiat bangkit dalam pembinaan generasi muda melalui Sistem Pembinaan Potensi Pelajar dan Generasi Muda seperti Leadership Basic Training (LBT), Mental Training (Mentra) dan Perkampungan Kerja Pelajar/Pemuda (PKP).
Pergerakan Pelajar Islam Indonesia dengan pemberdayaan potensi pelajar dan generasi muda yang senantiasa diperjuangkannya berhasil “Bangkit” dan membuka jalan bagi mempersiapkan kader – kader pemimpin masa depan. Keluarga Besar PII kini tersebar dan giat berkarya di berbagai bidang pembangunan, sebagian KB PII juga tampil kedepan sebagai kader – kader partai yang berhasil memberi warna di berbagai Partai Politik. Ditengah tarikan – tarikan politik dan godaan kekuasaan, PII sebagai organisasi pelajar dituntut untuk “Bangkit” menjaga independensi dan tidak larut dalam pragmatisme politik.
Dengan Semangat 4 Mei Pelajar Islam Indonesia harus senantiasa “Bangkit” menjaga “eksistensinya” sebagai organisasi pelajar yang tak pernah berhenti membina dan mempersiapkan kader – kader ummat dan kader – kader pemimpin bangsa yang berkepribadian Islam dan berperadaban Islam.
SELAMAT BER-HARI BANGKIT !!!
(Sumber : HARBA dan PII yang terbangkitkan dari Masa ke Masa)
Tatkala Ibu Pertiwi menghadapi beratnya fase perjuangan kemerdekaan Gelora Kebangkitan itu kemudian melahirkan Brigade PII sebagai bagian upaya pertahanan dan pembelaan negara serta menyalurkan tenaga – tenaga muda PII kedalam laskar – laskar perjuangan seperti Laskar Hizbullah dan Laskar Sabilillah.
Dalam menyikapi Ideologi Merah khususnya Komunisme, Pelajar Islam Indonesia dengan semangat 4 Mei-nya memilih bersikap moderat namun kenyataan dalam prakteknya ideologi merah kemudian menjelma dalam tipologi gerakan massa yang konfrontatif, massive dan dekat dengan anarkisme sehingga akhirnya memantik lahirnya Bahaya Merah dan membuat PII harus bangkit dan tegas bersikap, pada tahun 1950 dalam Kongres Pemuda Indonesia di Surabaya PII menolak bergabung dalam Front Pemuda Indonesia lantaran kongres pemuda tersebut menjadi ajang blok – blokan, saling menguasai dan banyak ditunggangi oleh kepentingan kelompok kiri yang dimotori oleh Pesindo Pemuda Rakyat.
Pasca peristiwa 1965 Pelajar Islam Indonesia bersama komponen bangsa lainnya bergerak dalam sebuah Kesatuan Aksi Pemuda dan Pelajar Islam (KAPPI), “Bangkit” bersama mengawal tiga tuntutan rakyat (Tritura) sebagai Amanat Penderitaan Rakyat (Ampera).
Arah Kebangkitan PII semakin jelas dan fokus dengan lahirnya Gerakan Amal Sholeh (GAS) dengan slogannya yang terkenal Kembali ke Sekolah, Kembali ke Masjid dan Kembali Ke Kampung, melalui Gerakan Amal Sholeh Pelajar Islam Indonesia bangkit untuk ikut menanggulangi Krisis Moral yang melanda Generasi Muda.
Pelajar Islam Indonesia juga bergiat bangkit dalam pembinaan generasi muda melalui Sistem Pembinaan Potensi Pelajar dan Generasi Muda seperti Leadership Basic Training (LBT), Mental Training (Mentra) dan Perkampungan Kerja Pelajar/Pemuda (PKP).
Pergerakan Pelajar Islam Indonesia dengan pemberdayaan potensi pelajar dan generasi muda yang senantiasa diperjuangkannya berhasil “Bangkit” dan membuka jalan bagi mempersiapkan kader – kader pemimpin masa depan. Keluarga Besar PII kini tersebar dan giat berkarya di berbagai bidang pembangunan, sebagian KB PII juga tampil kedepan sebagai kader – kader partai yang berhasil memberi warna di berbagai Partai Politik. Ditengah tarikan – tarikan politik dan godaan kekuasaan, PII sebagai organisasi pelajar dituntut untuk “Bangkit” menjaga independensi dan tidak larut dalam pragmatisme politik.
Dengan Semangat 4 Mei Pelajar Islam Indonesia harus senantiasa “Bangkit” menjaga “eksistensinya” sebagai organisasi pelajar yang tak pernah berhenti membina dan mempersiapkan kader – kader ummat dan kader – kader pemimpin bangsa yang berkepribadian Islam dan berperadaban Islam.
SELAMAT BER-HARI BANGKIT !!!
(Sumber : HARBA dan PII yang terbangkitkan dari Masa ke Masa)
Sabtu, April 18, 2015
Asal Mula Danau Tendetung
Pada
zaman dahulu, di sebuah dusun kurang lebih 2 kilometer dari kampung
kanali, ada sepasang muda-mudi yang saling mencinta. Percintaan mereka
tidak mendapat restu dari kedua orang tua mereka. Menurut adat dan
agama, mereka memang terlarang untuk menjadi suami isteri. Untuk
memisahkan mereka, kedua orang tua si gadis berencana untuk menikahkan
putrinya dengan pria lain. Sang pemuda merasa sakit hati dengan rencana
tersebut dan berusaha menggagalkan pesta pernikahan tersebut. Jauh
sebelumnya dia sudah memberitahukan rencana ini kepada kekasihnya.
Mereka sudah sepakat untuk melarikan diri di hari tersebut.
Anda
ingin tahu apa yang dilakukan pemuda tersebut? Pemuda tadi sengaja
mengumpulkan binatang-binatang laut yang dimasukkan ke dalam bambu.
Menurut kepercayaan saat itu, bila barang-barang tersebut diletakkan di
rumah orang yang sedang berpesta, akan menimbulkan malapetaka (dalam
bahasa banggai Tobibil) yang
amat besar di daerah itu. Pemuda itu nekat untuk mempersunting
idamannya, tanpa mempedulikan bila rencana tersebut akan menimbulkan
bencana besar bagi orang lain. Dia begitu yakin bahwa dengan perbuatan
yang akan dilakukan tersebut akan menimbulkan mata air yang membanjiri
seluruh daerah tersebut. Karena keyakinan tersebut, jauh hari sebelumnya
dia sudah menyiapkan sebuah perahu yang akan digunakan bersama
kekasihnya untuk melarikan diri ke daerah lain, dan hidup bahagia di
daerah yang baru.
Tepat
pada hari pernikahan sang gadis, pemuda tersebut mengikatkan
benda-benda pantangan yang telah dipersiapkan pada tiang utama rumah
panggung yang akan dibuat pesta, dengan harapan akan timbul Tobibil. Benar perkiraannya,
pesta
itu akhirnya buyar berantakan dengan timbulnya air bah yang memancar
dari bawah bangunan yang telah diletakkan benda-benda larangan tersebut.
Tanpa mempedulikan korban lain yang berjatuhan, pemuda tersebut segera
mengajak kekasihnya naik perahu yang telah disiapkannya. Merekapun
segera melarikan diri mengikuti derasnya air yang keluar dari dalam
tanah tersebut.
Rupanya
perbuatan mereka itu tidak hanya ditentang oleh kedua orang tuanya.
Alam dan Tuhan pun ikut murka pada perbuatan tersebut, sebab banyak
sekali rintangan yang menghadang pelarian kedua remaja tersebut. Pada
setiap perjalanan, perahu mereka selalu dihadang oleh pohon-pohon yang
tumbang, sehingga memaksa mereka untuk membelokkan arah ke tempat lain.
Demikianlah, rintangan bertubi-tubi datangnya, sehingga belokan perahu
itupun mencapai berpuluh-puluh tikungan. Pada belokan yang ke seratus,
mendadak di depan mereka ada sebuah lobang besar berdiameter kurang
lebih lima meter yang menelan air bah tersebut termasuk sepasang sejoli
tadi bersama perahunya. Tak seorangpun tahu apa yang dialami oleh dua
sejoli tersebut dalam tanah. Yang jelas, cita-cita mereka untuk hidup
bahagia bersama musnah sudah.
Kurang
lebih tiga bulan kemudian di kampung kanali muncullah dua mata air yang
jernih. Jarak antara mata air yang satu dengan mata air yang lainnya
kurang lebih 300 meter. Dari kedua mata air tersebut mengalirlah dua
sungai yang bermuara di lautan. Akhirnya, oleh penduduk kedua sungai itu
diberi nama sundano dan kekiap
yaitu nama sepasang sejoli yang bernasib sial tersebut. Penduduk
berkeyakinan bahwa kedua mata air itu adalah penjelmaan dari jasad
muda-mudi tersebut, yang mungkin perahunya pecah di kedalaman tanah
sana, sehingga tubuh mereka terlempar pada kedua mata air tersebut.
Nasib
kedua sejoli ini memang telah berakhir dengan tragis, tetapi
keanehan-keanehan muncul setelah peristiwa tersebut. Setiap enam bulan
sekali, air yang mengalir dari awal air bah menuju lobang besar tersebut
seperti tersumbat sesuatu, sehingga mengakibatkan seluruh daratan
tergenang air menjadi sebuah danau yang disebut Danau Tendetung.
Enam bulan kemudian air tersebut kering bagai ditelan bumi, sehingga
tampaklah air sungai yang berbelokan seratus tikungan tersebut. Anehnya
lagi, setiap surut atau kering, pada mata air sungai yang berkelok
seratus tadi bermunculan ikan-ikan yang disebut penduduk ikan Telendek.
Karena hal tersebut, banyak penduduk yang turun ke tendetung mencari
ikan sekalian berdarmawisata. Akibatnya, air yang ada di Sundano dan
Kekiap pun menjadi agak keruh. Karena hal ini terjadi secara rutin,
penduduk sekitar, termasuk suku Bajo, yang memanfaatkan air Sundano dan Kekiap bisa menandai, kapan air danau kering dan kapan air danau naik.
Satu keanehan lagi, yang sampai kini menjadi satu pantangan yang amat dipatuhi penduduk, yakni: Air
yang ada di Mata Air Sundano TIDAK BOLEH dicampurkan dengan air yang
ada di Mata Air Sungai Kekiap. Apabila pantangan ini dilanggar, niscaya
akan timbul sebuah malapetaka yang amat hebat (Papaak Koselese) di wilayah itu.
Adapun kepercayaan penduduk yang berpendapat bahwa sungai yang di bawah
tanah antara danau Tendetung dengan kedua sungai tersebut banyak
belokannya, ini bisa dibuktikan. Pernah diadakan percobaan dengan cara
menghanyutkan buah pinang ke dalam lobang masuk sungai di dalam tanah
tadi, kemudian menjaganya di mata air sundano, dan kekiap. Ternyata,
buah pinang tadi sampainya di sana sudah berwarna kuning, dan memakan
waktu sekitar 3 bulan. Padahal jarak dari lubang ke mata air tersebut
tidaklah jauh, kalau ditarik garis lurus, mungkin tak sampai semalam
sudah sampai ke tujuan.
Ada
lagi bukti lain, ada satu tempat di antara Danau Tendetung dan Kanali
yang disebut daerah Ndundung, bila kaki dihentakkan akan berbunyi
seperti bunyi Gong (Ndundung). Hal ini menandakan bahwa di dalam tanah
ada satu lobang besar. Demikianlah
kisah dibalik keunikan dan keanehan Danau tendetung. Bagi yang ingin
membuktikan keunikannya secara langsung, silahkan mengunjungi Danau
Tendetung yang berada di Kanali Kabupaten Banggai Kepulauan.
Karya Jar'an Fatah, dikutip dari Buletin Banggai Kepulauan