SUARA PEMUDA RANTAU (SUPRA)
Kota dan macet adalah kawan sejati kedua tak dapat dipisahkan,pada meraka kita belajar sabar. Disana ada lampu merah,kuning dan hijau. Seperti warna pelagi dalam samudera kehidupan. Sering terdengar keluhan pengguna jalan saat macet. Tapi mereka tidak berpikir untuk trans ke jonggon disana pasti tak ada macet.
Perlu kita sadari bersama kota dan macet bak Api dan panas, jangan pernah meminta api kalau kau tak ingin ada panasnya, bukanlah api kalau tak panas. Rabb menciptakan Api bersama air yang dapat memadamkannya. Kesadaran pengguna jalan adalah solusi termudah dalam menjalani kemacetan bagi pengguna jalan.
Setiap perantau punya cerita dan kota yang berbeda-beda, tentang pilihan dan peran yang dilakoninya pada negeri rantau, Namun kita punya penyakit yang sama itulah Rindu kampung halaman dan orang yang ditinggalkan. Seperti puisi ini:
Kerinduan
By: NP
Aku
tinggalkan
Tanah kelahiranku
Aku
pergi jauh dinegeri sana
Demi
cita-cita.
Kini hanyalah kerinduan
Yang menjadi teman setiaku
Aku rindu pada kampung halaman
Rindu akan semua yang ditinggalkan.
Aku
sadari
Hidup
laksana perjalanan
Perjalanan
yang penuh tantangan
Pejalanan
menempuh kenyataan hidup.
Kejarlah cita-cita
Masa depanmu
Walaupun pisau kerinduan
Menyayat hati ini.
*********
Asoi teman barunya dalam menjalani hari di kota tepian, Asoi mengajarkan tentang kesetiaan pada pilihan. Pilihan yang banyak dicomoh orang lain tapi itulah sebuah pilihan yang Ia pilih dengan kematangan hatinya sendiri. Dia tetap merawat Asoi seperti menjaga cita-citanya.
*********
Samarinda, 1182016
4 Comments:
cerita anak rantau, lanjutkan bikin cerita bersambungnya gan :)
Ada suka dan duka tersendiri di kota rantau.
Tetap semangat ^^
Ada Suka dan duka tersendiri di kota rantau...
Tetap semangat
Posting Komentar